Adapun gross nonperforming financing (NPF) perseroan tercatat 2,7% dan net NPF sebesar 1% per Desember 2018. Direktur Utama Radana Finance Evy Indahwaty pernah bilang, tahun 2018 adalah tahun yang cukup berat bagi semua perusahaan. Namun demikian, Evy tetap optimistis kinerja perseroan pada tahun ini dapat tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian 2018.

Disampaikannya, target perseroan tahun ini tidak jauh beda dengan realisasi tahun kemarin. Menurutnya, hal yang terpenting saat ini buat perseroan bukan karena jumlahnya, tetapi bagaimana bisa menjaga operational cost dan menjaga trust pihak eksternal, khususnya investor. Kata Evy, menjaga kepercayaan perbankan agar mau memberikan pendanaan kepada perusahaan jauh lebih penting ketimbang memperbesar bisnis. ”Bagi kami menjaga kepercayaan kreditur di atas segala-galanya. Jangan sampai kami tidak membayar kewajiban kepada kreditur. Alhamdulillah kami tidak ada pembiayaan restruktur dan perpanjangan ini itu,” ujarnya dilansir dari Harian Neraca, Kamis (21/3/2019).
Kemudian guna memenuhi target pembiayaan, Radana Finance masih mengandalkan pinjaman dari perbankan. Saat ini, sumber pendanaan onshore masih mendominasi sebesar 80%, sedangkan sebanyak 20% lainnya berasal dari pendanaan offshore.“Harapan kami dengan adanya kebijakan asset registry akan menimbulkan trust semua pihak sehingga industri kembali bergairah,” tuturnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)