JAKARTA - Ketika ingin memulai usaha, sering kali orang terpaku pada urusan modal. Ujung-ujungnya niat berbisnis pun hilang begitu saja. Dalam materi Business Revolution, sebenarnya ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkan modal tersebut, salah satunya dengan berhutang.
Eits, jangan langsung parno mendengar kata utang. Tidak selamanya utang itu membawa keburukan. Melansir CekAja.com, umumnya utang dibagi menjadi dua jenis, yaitu produktif dan konsumtif. Berikut perbedaan antar keduanya:
Utang produktif
Sesuai namanya, utang produktif memiliki nilai yang selalu tumbuh dari waktu ke waktu. Utang ini bisa membantumu untuk berinvestasi dan menghasilkan uang kembali. Jadi, tidak sekedar berfoya-foya semata. Adapun contoh utang produktif adalah ketika menggunakan kartu kredit untuk mengajukan KTA demi mengembangkan bisnis tertentu.
Baca Juga: Mau Ngutang ke Bank? Kenali Dulu BI Checking
Utang konsumtif
Lain halnya dengan utang konsumtif, dimana nilainya justru semakin berkurang dari waktu ke waktu. Biasanya utang tersebut digunakan untuk memenuhi gaya hidup semata. Contohnya ketika seseorang berhutang untuk membeli gadget terbaru, seperti smartphone misalnya. Tidak ada nilai yang bisa bertumbuh dari pembelian smartphone itu jika fiturnya tidak dapat digunakan untuk menambah penghasilan. Dari sini, tentu kamu dapat menyimpulkan bahwa utang yang baik adalah jika digunakan untuk hal-hal produktif. Selain untuk membangun usaha, menambah aset investasi, dan lain sebagainya.
Sebagian besar pengusaha bahkan pernah berhutang. Namun perlu diingat, mereka hanya memanfaatkan fasilitas dari bank tersebut untuk dijadikan kegiatan yang produktif. Tak lain demi membangun bisnisnya dari nol, hingga berkembang pesat.
Aturan Main Dalam Berhutang
Tahu aturan main, itulah prinsip yang harus diterapkan ketika hendak berhutang. Perhatikan rasio utang dengan penghasilanmu. Rasio utang adalah alokasi dari pengeluaran yang digunakan untuk membayar pinjaman dibandingkan dengan jumlah seluruh pendapatan.
Haram jika total utangmu melebihi 30 persen. Semisal jika pendapatan bulananmu Rp10.000.000, sedangkan pembayaran pinjaman sebesar Rp5.500.000, maka rasio utangmu adalah 55%. Rasio ini sudah tergolong membahayakan bagi keuangan, terlebih bila kamu sudah berkeluarga.
Namun tidak dapat dipungkiri, sebagian orang pun memiliki rasio utang cukup besar dari angka ideal. Contohnya ketika pinjaman tersebut digunakan untuk membuka bisnis franchise mini market.
Butuh dana setidaknya Rp 500 juta demi memenuhi bisnis tersebut. Lantas bagaimana? Selama sisa pendapatan masih bisa dikeola dengan baik, sebenarnya tidak masalah. Apalagi kalau usaha ini kelak menghasilkan lebih banyak pundi-pundi uang.