JAKARTA - Permintaan sarung tangan karet global tumbuh konsisten dalam 15 tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan permintaan tahunan antara 8% - 10%, di mana saat ini pasokan yang tersedia belum dapat memenuhi seluruh permintaan global.
"Kapasitas produksi empat produsen utama sarung tangan karet di Malaysia mencapai 169 miliar unit sementara kebutuhan dunia pada tahun 2018 mencapai 268 miliar unit," kata Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Ridwan menyatakan sarung tangan karet merupakan produk yang hanya sekali pakai (disposable) dan banyak digunakan pada industri kesehatan, farmasi, makanan dan minuman, elektronik, industri, rumah tangga dan medis.
 Baca Juga: Naik 67,09%, Mark Dynamics Bukukan Laba Rp82,29 Miliar
Luasnya bidang pemakaian sarung tangan karet mendorong industri pendukung utamanya, yaitu produsen cetakan sarung tangan memperoleh kesempatan besar untuk tumbuh dan berkembang secara pesat.
“Kami merupakan produsen cetakan sarung tangan terkemuka di dunia dan merupakan pemasok utama bagi produsen-produsen sarung tangan di dunia,” kata Ridwan.
Ditambahkan Ridwan pada tahun 2019 diperkirakan konsumsi sarung tangan karet dunia akan mencapai 300 miliar unit, dengan nilai pasar mencapai USD4,8 miliar atau setara dengan Rp67,871 triliun (dengan kurs Rp14.100 per USD.
Malaysia sebagai pemasok utama akan memberikan kontribusi sebesar 63%, diikuti oleh Thailand sebesar 18%, China sebesar 10% dan Indonesia sebesar 3%.
Pasar sarung tangan karet dunia sangat menjanjikan mengingat konsumsi terbesar masih berasal dari negara-negara maju di Eropa dan Amerika, serta Jepang. Negara-negara Asia memiliki tingkat konsumsi yang relatif rendah, dari 30 negara pengguna terbesar Tiongkok yang berpenduduk terbesar di dunia berada di posisi ke 28, Indonesia di posisi ke 29 dan India di posisi 30.
"Sehingga dengan semakin banyaknya negara yang berkembang disertai perhatian besar terhadap kesehatan akan mendorong peningkatan permintaan sarung tangan karet," katanya.
 Baca Juga: 3 Strategi Presiden Jokowi Dorong Harga Karet
Permintaan cetakan sarung tangan pun tidak akan mengalami penurunan mengingat untuk setiap cetakan masa pakai maksimum hanya satu tahun. Penggunaan cetakan dalam jangka panjang akan merusak kualitas sarung tangan yang diproduksi.
Perseroan menurut Ridwan, mengambil keuntungan dari kondisi ini dengan menggunakan bahan sisa cetakan sarung tangan untuk didaur ulang sebagai salah satu bahan baku produk sanitary ke depannya.