Di Eropa model bisnis ini sudah diterapkan dalam kerja sama antara IMMFLY dengan beberapa maskapai penerbangan Eropa. Begitu juga di Amerika Serikat, dilakukan oleh Hulu (anak perusahaan Amazon) dengan maskapai Jetblue.
Kini Mahata juga sudah bekerja sama dengan perusahaan penyedia konektivitas internet berbasis satelit, Inmarsat. Sedangkan untuk pemasangan infrastruktur dan pengoperasian integrated digital system di pesawat, Mahata menggandeng Lufthansa Technology dan Lufthansa System.
“Kami telah melakukan pemasangan system di sebuah pesawat Citilink pada Desember 2018, dan sudah diujicobakan pada penerbangan joy flight pada 16 Januari lalu, dan sukses,” kata Thomas.
Di tahun pertama, Mahata menargetkan pemasangan system di 10 pesawat Citilink. Sementara untuk seluruh pesawat Garuda, Citilink, dan Sriwijaya, secara teknis akan rampung pada tahun 2020.
Namun hal itu disesuaikan dengan service buletin yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat (Boeing dan Airbus). Langkah itu dilakukan supaya tidak mengganggu jadwal penerbangan tiap pesawat di Garuda Group. Pemasangan infrastruktur koneksi internet dan penunjangnya di pesawat akan dilakukan saat pesawat menjalani maintenance. Dengan demikian, kita akan disiplin dalam waktu pemasangan yang sudah di targetkan.
Staf Marketing Mahata Group, Rosinsko mengatakan hingga kini sudah ada beberapa perusahaan yang sudah menyatakan berminat untuk beriklan. Dalam hal ini, Garuda masih memiliki peluang untuk meraih pendapatan tambahan melalui sharing revenue.
“Kami optimistis, model bisnis ini akan menguntungkan dan menjadi trend dalam industri penerbangan di masa depan.”
Jadi, melalui kerjasama antara Mahata dengan Garuda, ada tiga poin yang bisa dicatat. Pertama, Mahata mengambilalih cost dari Garuda. Kedua, Garuda mendapat income tambahan dari pembayaran dari Mahata. Ketiga, dari segi konsep penerbangan ber-Wifi yang sudah semakin umum, akan meningkatkan load factor penerbangan Garuda.
"Dengan melihat kecanggihan teknologi serta prospek bisnis dari kerja sama Mahata dengan Garuda, kita harus sama-sama optimis bahwa bisnis ini akan menjadikan Garuda Indonesia Group memiliki daya tawar yang lebih kuat dibanding maskapai lain," pungkas Thomas.
(Dani Jumadil Akhir)