JAKARTA - Dalam diri Nabi Muhammad SAW telah tertanam personal branding yang bisa dijadikan rujukan umat Islam. Begitu juga dalam hal bisnis yang dilakukannya.
Dalam al-Quran, Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan yang baik bagimu”.
Dalam Hadits dikatakan bahwa kalau ingin melihat ahklak al- Quran, lihatlah Nabi Muhammad SAW. Hal ini menandakan bahwa Personal Branding telah dikenal dalam Islam, yaitu melalui Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Jejak Bisnis Nabi Muhammad SAW, Kiat Memetakan Segmentasi Pelanggan
Bagaimana sulitnya “musuh-musuh” Muhammad ketika berkumpul dan mencari cara menghancurkan nama baik Nabi Muhammad SAW lewat word of mouth yang menjelek-jelekkan (fitnah). Ketika ada usulan untuk menyebar isu bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pembohong kemudian ditentang oleh yang lain. Bagaimana mungkin dituduh pembohong, sejak kecil Nabi Muhammad SAW dikenal tidak pernah berbohong sampai diberi gelar al-amin (dapat dipercaya).
Seperti dikutip dari buku Marketing Muhammad, Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW, karya Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, terbitan Madani Prima, Rabu (15/5/2019), usulan kedua, yaitu dengan menyebar isu bahwa Nabi Muhammad SAW seorang penyihir. Usulan tersebut ditentang lagi oleh yang lain karena Nabi Muhammad SAW tidak pernah meniup buhul-buhul sebagaimana yang dilakukan para penyihir pada waktu itu.
Akhirnya disepakati bahwa mereka akan menyebar isu bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang gila tetapi isu itu tidak bertahan lama karena memang tidak terbukti. Masyarakat tidak akan selamanya bisa dibodohi. Betapa kuatnya brand Nabi Muhammad SAW di mata masyarakat sehingga tidak seorangpun bisa mengubah kekuatan branding Nabi Muhammad SAW.

Pada usianya yang menginjak 25 tahun, Muhammad muda telah banyak melakukan perjalanan dagang dan sebagian besarnya dengan membawa nama Khadijah, seorang pengusaha yang cukup disegani pada waktu itu.
Setelah beberapa kali melakukan transaksi dagang dengan Nabi Muhammad SAW, akhirnya Khadijah tertarik dengan kepribadian Nabi Muhammad SAW yang kemudian menikah dan menjadi pasangan suami istri. Sebelumnya Nabi Muhammad SAW kerap kali berdagang dengan menggunakan modal yang diberikan oleh orang-orang kaya dan anak-anak yatim yang tidak mampu menjalankan usahanya sendiri.
Dengan bermodalkan kepercayaan, sikap jujur dan integritasnya. Jelas bahwa Muhammad telah mencetak personal branding yang kuat sebagai pengusaha yang profesional dan jujur. Selain orang-orang yang menginvestasikan harta mereka, banyak juga orang-orang yang mempunyai uang lebih, kemudian menitipkannya pada Muhammad dan diambil lagi ketika pemilik uang tersebut membutuhkannya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)