JAKARTA – Berhasil membukukan kinerja yang positif sepanjang tahun 2018. Emiten pertambangan batu bara, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) membagikan dividen final sebesar Rp58 per saham atau senilai Rp71 miliar untuk tahun buku 2018.
”Pemegang saham sepakat membagikan dividen final sebesar Rp58 per saham," kata Presiden Direktur Mitrabara Adiperdana Widada, dikutip dari Harian Neraca, di Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Widada mengatakan, selain dividen final, perseroan juga telah membagikan divdien interim pada Desember 2018 sebesar Rp240 per saham atau senilai Rp294 miliar. Dengan demikian, total dividen yang dibagikan perusahaan sebesar Rp 298 per saham atau senilai Rp365,7 miliar. Dividen ini setara dengan 40% lebih dari laba bersih 2018 yang tercatat USD50,31 juta.
"Jadi dividend payout ratio sekitar 40% lebih," kata Widada.
Sepanjang 2018, laba bersih perusahaan mencapai USD50,31 juta atau turun dari USD58,63 juta pada 2017. Hal ini sejalan penurunan pendapatan sekitar 0,17% menjadi USD2 58,13 juta pada 2018 dari USD258,58 juta pada 2017.
"2018 merupakan tahun yang cukup menantang bagi industri batu bara secara global sebagai akibat dari perubahan kondisi pasar," kata Widada.
Baca Juga: Rugi USD17,14 Juta, Mitrabahtera Batal Bagi Dividen
Dalam RUPSLB, pemegang saham juga menyetujui pengunduran diri Shinichi Naruuchi dan Ricard Pardede sebagai wakil direktur utama dan direktur independen serta mengangkat Hidefumi Kodama dan Deden Ramadhan selaku wakil direktur utama dan direktur. PT Mitrabara Adiperdana Tbk yang merupakan bagian Group Baramulti pada 2019 menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD4,967 juta.
Capex sekitar USD2,3 juta untuk perawatan mesin dan alat berat, sekitar USD1,5 juta untuk perawatan gedung dan infrastruktur, USD514.000 untuk peralatan tambang, USD407.000 untuk peralatan kantor dan sisanya USD90.000 untuk kendaraan.
"Sumber pembiayaan capex dari kas internal," kata Widada.
Baca Juga: BEI Tandai 51 Emiten Bermasalah, Investor Wajib Perhatikan
Pada tahun 2018 perusahaan berhasil meningkatkan kapasitas produksi batu bara hingga mencapai 4 juta ton, yang dipasarkan kepada konsumen di Asia Pasifik seperti Tiongkok, India, Jepang, Pakistan, Vietnam. Sementara untuk dalam negeri, perseroan memasok untuk pembangkit Paiton. Sebagai informasi, hingga Mei 2019 telah merealisasikan volume produksi batu bara 1,7 juta hingga 1,8 juta ton.
Menurut Widada, perseroan juga memilikiinventory380.000 ton pada awal tahun. Disampaikannya, produksi perseroan stabil sejak 2015 pada kisaran 3,5 juta ton hingga 4 juta ton. Pasar utama perseroan saat ini berada di China, India, serta Jepang. Perseroan mengungkapkan, pangsa pasar penjualan sebanyak 31% ke India pada 2018. Posis kedua ditempati oleh Filipina dengan 17%.
Sementara itu, China berada di posisi ketiga dengan 13%. Adapun, penjualan ke Jepang tahun lalu berkontribusi 7% atau di bawah Korea Selatan sebanyak 11%. “Kami akan kejar premium di Jepang. Tahun lalu agak minimal [penjualan] dan tahun ini akan dikejar,” imbuhnya.
(Feby Novalius)