WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menginginkan dolar AS yang lebih murah, dengan mengatakan awal bulan ini Amerika Serikat harus menyamai apa yang dikatakannya sebagai upaya negara-negara lain untuk melemahkan mata uang mereka sendiri - memberi mereka keuntungan perdagangan yang tidak adil.
Komentarnya telah mendorong spekulasi bahwa Presiden dapat memerintahkan penjualan greenback, yang mendekati tertinggi multi-dekade dan, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), setidaknya 6% lebih kuat dari yang dijamin oleh fundamental ekonomi.
"Kondisi-kondisi tampaknya semakin menguntungkan bagi pemerintah AS untuk intervensi terhadap persepsi berlebihan (dolar)," kata ekonom Citi seperti dikutip Antaranews, Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Baca Juga: Trump Sebut Dolar AS yang Kuat Rusak Daya Saing
Trump telah berulang kali menentang Federal Reserve menaikkan suku bunga, mengeluh bahwa suku bunga yang lebih tinggi menahan pertumbuhan ekonomi AS. Tetapi, sementara ini tanda-tanda semakin menunjukkan pemotongan suku bunga Fed ketika bertemu pada akhir bulan ini, suku bunga yang lebih rendah tidak mungkin melemahkan dolar ke tingkat yang diinginkan Trump.
Dolar yang lebih lemah dapat membantu bisnis AS bersaing secara global dengan membuat ekspor lebih murah, meningkatkan ekonomi, dan berpotensi membantu upaya Trump untuk terpilih kembali sebagai presiden pada 2020.
Baca Juga: Dolar AS Melemah Tertekan Data PHK
Tetapi intervensi mata uang dapat memicu tekanan kembali dari negara lain, membahayakan status dolar sebagai mata uang cadangan dunia dan mengatasi gejolak pasar. Juga tidak jelas pemerintah Trump dapat melemahkan dolar AS secara signifikan tanpa bantuan dari bank sentral AS, yang beroperasi secara independen, atau kekuatan baru dari Kongres.