Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Banten Miliki Potensi Penghasil Kopi Terbaik

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 24 Juli 2019 |10:25 WIB
Banten Miliki Potensi Penghasil Kopi Terbaik
Kopi (Reuters)
A
A
A

BANTEN - Provinsi Banten tak hanya memiliki budaya unik yang paling terkenal, seperti debus dan pariwisatanya. Namun siapa sangka, provinsi termuda di Pulau Jawa yang dibentuk pada 2000 itu punya potensi kopi jenis robusta dan arabika yang tak kalah hebatnya dengan daerah lain di Indonesia.

Pada April 2019, kopi asal Tanah Jawara terse but dipamerkan dalam sebuah Festival Ko pi Banten dengan tema “Banten Pu nya Kopi” di Pendopo Bupati Serang. Sejumlah komunitas barista hadir dan digelar berbagai kegiatan, mulai diskusi tentang kopi, melukis dengan bahan baku kopi, hingga memanjakan pengunjung dengan menggratiskan sekitar 1.000 gelas kopi. Berdasarkan data yang di peroleh, Provinsi Banten memiliki luas tanaman kopi hampir 6.400 hektare tersebar di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Serang. Namun, tingkat produksinya per tahun masih rendah, yakni 2.428 hektare.

 Baca juga: Terbang ke Prancis, Menko Darmin Buka Peluang Ekspor Kopi

Gubernur Banten Wahidin Halim beberapa waktu lalu sempat mam pir ke perkampungan petani kopi di Desa Wanagiri, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Menurut dia, Banten memiliki potensi hasil kopi robusta dan arabika terbaik. Ini merupakan aset pertanian yang harus diberdayakan dan terus dikembangkan.

 Kopi

“Komoditas kopi di Banten sangat luar biasa, kedai kopi sudah banyak bermunculan. Hal ini menandakan tingkat pereko no mian yang meningkat,” ujar Wahidin.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus Tauchid mengungkapkan, pengembangan komoditas kopi tidak lepas dari gaya hidup masyarakat, khususnya kaum milenial. Pertumbuhan kedai kopi di Banten merupakan hilir dari penjualan kopi.

 Baca juga: Kopi Gayo Siap Dipromosikan ke Pasar Swedia

"Perkembangan kafe kopi muncul di mana-mana, semalam saja bisa dua kuintal,” ujar Agus.

Soal kopi, kata dia, Banten memiliki sejarah sejak zaman kolonial, di mana tanaman kopi, va nila, dan lada, awalnya ada di Banten dan Maluku, sebelum akhirnya menyebar ke Sumatera dan daerah lainnya. Kopi di Pulau Jawa bisa menopang kehidupan para petani, bahkan baik untuk konservasi.

Menurut Agus, luas tanaman kopi di Banten hampir 6.400 hektare, tapi produksinya masih rendah di bawah satu ton per hektare. Padahal idealnya, kata Agus, tanam an kopi harus bisa menda patkan dua ton per hektare.

 Baca juga: Daftar Kopi Termahal di Dunia

“Dari 6.400 hektare tanaman kopi sebagian di antaranya belum digarap maksimal karena masih berbentuk hutan bukan kebun kopi. Artinya, kopi dibiar kan begitu saja sehingga tidak ber buah, harusnya dilakukan pemang kasan atau stek,” ujarnya.

Dia mengatakan, berbagai upaya dilakukan untuk menggenjot produksi kopi. Salah satunya memberikan bantuan pengering biji kopi sehingga harga jualnya menjadi lebih mahal.

Dia mencontohkan, sebelum ada bantuan alat, harga biji kopi kering harga kopi per kilonya mencapai Rp16.000. Setelah ada bantuan alat, harganya naik menjadi Rp50.000 per kilo.

“Banten itu eksotik dan kebanyakan kopi robusta-arabika,” tambahnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement