Sementara impor pertumbuhannya mengalami kontraksi 6,73% dengan kontribusinya terhadap PDB juga terkontraksi 18,53%. Utamanya pada komoditas mesin/peralatan listrik, besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, gandum-ganduman, serta benda-benda dari besi dan baja.
Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga tercatat masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Kontribusinya pada PDB sebesar 55,79% dan mengalami pertumbuhan 5,17% di kuartal II-2019.
Menurutnya, adanya momen musiman bulan Ramadan dan Lebaran mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. "Di sana ada pencairan THR dan gaji ke-13 PNS," katanya.
Sementara, kontribusi terbesar kedua dari investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 31,25% terhadap PDB atau tumbuh 5,01%. "Investasi memang agak melambat tumbuhnya dari posisi kuartal I-2019 yang 5,03% dan kuartal II-2018 yang 5,85%," katanya.
Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) sebesar 15,27%, meski kontribusinya kecil hanya 1,34% pada PDB. Hal ini karena didorongnya penyelenggaraan Pemilu 2019. "Memang pertumbuhannya tinggi tapi share-nya kecil, jadi tidak terlalu berdampak," katanya.
Kemudian, konsumsi pemerintah juga mengalami pertumbuhan tinggi yakni 8,23%, kontribusinya terhadap PDB sebesar 8,71%. Hal ini didorong kenaikan realisasi belanja barang dan jasa, juga naiknya belanja pegawai.
"Karena adanya penambahan PNS juga tunjangan tambahan," katanya.
(Dani Jumadil Akhir)