Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ekspor dan Investasi Loyo Jadi Penyebab Ekonomi RI Lesu di Kuartal II-2019

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Senin, 05 Agustus 2019 |13:37 WIB
Ekspor dan Investasi Loyo Jadi Penyebab Ekonomi RI Lesu di Kuartal II-2019
Foto: BPS Umumkan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2019 (Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% pada kuartal II-2019. Realisasi ini melambat bila dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,07%, juga dari kuartal II-2018 yang sebesar 5,27% yoy.

 Baca Juga: Ekonomi RI Melambat, IHSG Anjlok 1,7% ke 6.229 di Jeda Sesi I

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, dari seluruh komponen penopang pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran, ekspor dan impor yang pertumbuhannya mengalami kontraksi. Ekspor tercatat tumbuh negatif 1,81% (year on year/yoy) dengan kontribusinya 17,61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang secara nominal berjumlah Rp3.963,5 triliun.

"Pertumbuhan ekspor yang mengalami kontraksi pada kuartal II-2019, jauh lebih dalam dibanding dengan kuartal II-2018 yang tahun lalu tumbuh 7,65%," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/8/2019).

 Baca Juga: Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2019 Hanya 5,05%

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekspor barang mengalami kontraksi 2,06% di kuartal II-2019. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekspor barang migas yang turun 30,85%, sedangkan barang non migas masih tumbuh 2,17%.

Kendati demikian, ekspor jasa masih tercatat mengalami pertumbuhan 0,27%. Namun melambat jauh dibandingkan periode sama tahun lalu yang tumbuh 4,62%.

"Penurunan nilai dan volume ekspor migas memang disertai dengan penurunan harga komoditas migas," kata pria yang akrab disapa Kecuk itu.

Sementara impor pertumbuhannya mengalami kontraksi 6,73% dengan kontribusinya terhadap PDB juga terkontraksi 18,53%. Utamanya pada komoditas mesin/peralatan listrik, besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, gandum-ganduman, serta benda-benda dari besi dan baja.

Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga tercatat masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Kontribusinya pada PDB sebesar 55,79% dan mengalami pertumbuhan 5,17% di kuartal II-2019.

Menurutnya, adanya momen musiman bulan Ramadan dan Lebaran mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. "Di sana ada pencairan THR dan gaji ke-13 PNS," katanya.

Sementara, kontribusi terbesar kedua dari investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 31,25% terhadap PDB atau tumbuh 5,01%. "Investasi memang agak melambat tumbuhnya dari posisi kuartal I-2019 yang 5,03% dan kuartal II-2018 yang 5,85%," katanya.

Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) sebesar 15,27%, meski kontribusinya kecil hanya 1,34% pada PDB. Hal ini karena didorongnya penyelenggaraan Pemilu 2019. "Memang pertumbuhannya tinggi tapi share-nya kecil, jadi tidak terlalu berdampak," katanya.

Kemudian, konsumsi pemerintah juga mengalami pertumbuhan tinggi yakni 8,23%, kontribusinya terhadap PDB sebesar 8,71%. Hal ini didorong kenaikan realisasi belanja barang dan jasa, juga naiknya belanja pegawai.

"Karena adanya penambahan PNS juga tunjangan tambahan," katanya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement