JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diproyeksikan menahan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate do level 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Agustus. Hal ini didorong meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, perang dagang antara Amerika Serikat dan China telah mengurangi sentimen risiko dan menekan Rupiah dalam beberapa waktu terakhir ini. Dengan pertimbangan kondisi global, menurutnya, BI akan mengoptimalkan instrumen kebijakan lainnya ketimbang suku bunga, seperti kebijakan makroprudensial, kebijakan operasi pasar terbuka.
Baca juga: Seberapa Berani BI Turunkan Lagi Suku Bunganya?
"Sambil menunggu waktu yang tepat untuk menurunkan tingkat suku bunga kebijakan," katanya kepada Okezone, Kamis (22/8/2019).
Kendati demikian, Josua menilai, ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka dalam jangka pendek ini. Hal itu dengan mempertimbangkan ekspektasi penurunan defisit transaksi berjalan sepanjang tahun 2019.
Baca juga: Menanti Rapat Dewan Gubernur BI, Ini Prediksi BCA soal Suku Bunga Acuan
"Serta ekspektasi terkendalinya inflasi yang dapat mendukung stabilitas Rupiah," katanya.
Senada, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menilai, sejumlah kondisi global seperti eskalasi perang dagang, Brexit, hingga risiko geopolitik, seharusnya membuat BI menahan suku bunga acuan. Meski, memang terbukanya ruang penurunan suku bunga yang didasari realisasi dan ekspektasi inflasi.
"Namun faktor eksternal yg masih kuat membuat pilihan BI menurunkan BI rate di RDG hari ini menjadi berkurang atau belum saatnya," kata dia.