NEW YORK - Kurs dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tetapi pergerakannya kecil dan terbatas karena inversi yang semakin dalam dari kurva imbal hasil AS memicu kecemasan investor tentang resesi hanya beberapa hari sebelum tarif balasan AS dan China atas impor masing-masing ditetapkan akan mulai berlaku.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor dua tahun naik lebih tinggi di atas imbal hasil 10-tahun ke spread atau selisih serendah minus 6,5 basis poin. Spread, yang menandakan resesi ketika jatuh di bawah nol, terakhir minus 3,7 basis poin. Investor khawatir perang perdagangan AS-China dapat menyebabkan dunia mengalami perlambatan ekonomi.
Baca Juga: Investor Berburu Aset Safe Haven, Dolar AS Ditinggalkan
Kantor Perwakilan Dagang AS menegaskan kembali rencana Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif tambahan 5% pada daftar impor China senilai USD300 miliar mulai 1 September dan 15 Desember.
Mata uang safe-haven yen berdiri di 106,07 per dolar, 0,32% lebih lemah pada hari itu, tetapi tetap dekat dengan tertinggi dua setengah tahun di 104,44 yang dicapai pada Senin (26/8/2019).
Baca Juga: Tensi Perang Dagang Mereda, Dolar AS Menguat
Sebagian besar penurunan dolar/yen sejak pekan lalu adalah karena investor menjadi lebih menghindari risiko, kata Adam Cole, ahli strategi mata uang di RBC Capital Markets. Namun, penawaran dolar pada Rabu (28/8/2019) tidak mungkin merupakan hasil dari langkah penghindaran risiko (risk-off).
“Kami terus percaya bahwa setiap pembalikan dalam tindakan harga risk-off baru-baru ini kemungkinan akan menjadi kesempatan untuk keluar dari posisi buy dalam aset-aset berisiko dan menambah eksposur perdagangan defensif dari tingkat yang lebih menarik. Karena itu kami berhati-hati untuk tidak memasuki perdagangan pro-risiko untuk saat ini,” tulis analis di Credit Suisse.