Pada kesempatan itu, Direktur Teknologi Industri Pertahanan Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan, Laksamana Pertama TNI Sri Yanto mengapresiasi dan mendukung penuh kerja sama ini mengingat produksi detonator nantinya dapat mensubstitusi impor. Apalagi komposisi pasokan detonator dari dalam dan luar negeri masih 30:70.
"Dengan adanya kerja sama ini juga semoga dapat mendorong investasi untuk pergerakan ekonomi nasional , menurunkan bahan impor dalam bidang detonator dan Indonesia bisa mandiri. Kedepan semoga bisa 100% detonator dari Indonesia sendiri," jelasnya.
Selain itu, pabrik ini juga mendukung pembangunan infrastruktur karena detonator digunakan pula dalam kegiatan konstruksi. Seperti, membuka dan menyiapkan lahan jalan di kawasan perbukitan serta pegunungan.
"Kalau di konstruksi misalnya pada pembangunan jalan yang menembus bukit. Bukitnya kita ledakkan, setelah itu land clearing areanya baru kita mulai konstruksi," ucap Yanto.
Adapun pemerintah Australia juga mendukung kolaborasi antar dua perusahaan swasta ini dan bisa mendorong kerja sama oleh pihak-pihak lainnya. Terlebih Orica merupakan perusahaan terdepan dan memiliki rekam jejak di banyak usaha pertambangan dan jasa. “Ini dapat menjadi contoh yang baik bagaimana perusahaan Indonesia dan Australia saling bekerja sama,” ungkap Minister-Counsellor dari Kedutaan Australia, Alison Duncan.
(Dani Jumadil Akhir)