JAKARTA - Pemerintah putar otak untuk mendongkrak jumlah wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia pada tahun depan. Apalagi pada tahun ini, target kunjungan wisatawan asing ke Indonesia diprediksi hanya mencapai 16,3 juta wisman atau meleset dari target 18 juta penumpang.
Beberapa waktu lalu, PT Angkasa Pura II (Persero) memprediksi pergerakan penumpang di 16 bandaranya mencapai 90,5 juta penumpang sepanjang akhir tahun nanti. Angka ini mengalami penurunan 18,5% dari tahun sebelumnya yang mencapai 112,6 juta penumpang.
Oleh sebab itu, Jakarta, Senin (30/12/2019), berikut fakta mengenai turunnya jumlah penumpang pesawat :
Baca juga: Penumpang di 16 Bandara Milik Angkasa Pura II Turun 18,5% Sepanjang 2019
1. Penumpang di 16 Bandara Milik AP II Turun 18,5% di 2019
PT Angkasa Pura II (Persero) memprediksi pergerakan penumpang di 16 bandaranya mencapai 90,5 juta penumpang sepanjang 2019. Angka ini mengalami penurunan 18,5% dari tahun sebelumnya yang mencapai 112,6 juta penumpang.
Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, angka tersebut masih sebatas perkiraan. Sebab masih ada libur natal dan tahun baru yang diprediksi masih ada pergerakan penumpang.
Adapun rinciannya adalah untuk Bandara Sultan Isakanda Muda mengalami penurunan dari 1,27 juta di 2018 turun menjadi 1,14 juta penumpang saja di 2019. Sementara untuk Bandara Kualanamu Medan turun cukup drastis dari 10,45 juta penumpang di 2018 menjadi 7,54 juta penumpang di 2019.
Baca juga: Tiket Mahal hingga Kondisi Global Jadi Biang Kerok Penumpang di 16 Bandara Turun
2. Penyebab Turunnya Jumlah Penumpang AP II
Direktur Teknik Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo mengatakan, ada beberapa penyebab yang mengakibatkan penumpang mengalami penurunan cukup drastis. Dari dalam negeri misalnya, yang mana isu mahalnya harga tiket pesawat dan dipungutnya biaya bagasi menjadi penyebab penumpang pesawat turun.
"Ada issue yang sengaja di hembuskan adanya harga mahal, bagasi berbayar. Padahal sebenarnya sejak setahun lalu memang sudah ada. Itu berpengaruh terhadap traffic," ujarnya.
Selain itu lanjut Djoko, daya beli masyarakat juga cukup berpengaruh terhadap bisnis penerbangan. Bahkan maskapai asing juga sudah terkena imbas adanya perlambatan daya beli.
Baca juga: Target Wisman Meleset, Menparekraf Minta Harga Tiket Pesawat Diturunkan
"Yang jelas daya beli masyarakat cukup berpengaruh. Singapore airline turun. Malaysia sempat diberitakan mau dijual," jelasnya.
3. Harga tiket pesawat yang tinggi penyebab dari turunnya penumpang
Menurut Wishnutama, salah satu penyebab dari turunnya okupansi penumpang di Bandara adalah masalah harga tiket pesawat yang masih tinggi. Karena masih tinggi, sehingga masyarakat pun banyak yang mengurungkan niatnya untuk berpergian ke Indonesia.
Sementara wisatawan asal Indonesia juga lebih memilih untuk berpergian ke luar negeri. Sebab, tiket pesawat menuju luar negeri masih relatif lebih murah dibandingkan di dalam negeri.
4. Menparekraf meminta tiket pesawat bisa di tekan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama mengatakan, untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya sedang meminta tiket pesawat bisa ditekan lebih murah lagi. Oleh karena itu, dirinya akan berkoordinasi dengan beberapa instansi terkait seperti Kementerian Perhubungan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Saya (Wishnutama), Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi), Menteri BUMN (Erick Thohir) akan mereview semuanya possibility Kita menekan harga tiket pesawat," ujarnya.
5. Menurunkan Harga Tiket Pesawat Tidaklah Mudah
Menurut Wishnutama, untuk menurunkan harga tiket pesawat memang tidaklah mudah. Sebab, ada banyak komponen dalam menetapkan tiket pesawat dari mulai harga avtur hingga pajak dan sebagainya.
"Karena kan kompleks ya macam-macam ada pengaruh harga avtur leasing dan sebagainya. Jadi kita harus lihat secara komprehensif, bagaimana cara menekan harga tiket agar kompetitif," jelasnya.
6. Mengatur Pemberian Diskon
Kementerian Perhubungan buka suara terkait keluhan masih mahalnya tiket pesawat. Apalagi tingginya harga tiket pesawat menjadi salah satu penyebab turunnya jumlah penumpang di beberapa bandara.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan mengatakan, pemerintah sendiri sudah mengatur mengenai pemberian diskon pada hari dan jam tertentu. Hanya saja mengenai pengaturan secara rincinya lanjut Hengki, pemerintah tidak bisa terlalu ikut mencampurinya.
7. Urusan Tiket Merupakan Permasalahan Bisnis Internal
Menurut Hengki, urusan tiket pesawat ini sebenarnya permasalahan bisnis dari internal maskapai. Menurut Hengki, yang terpenting, pihak maskapai tidak menetapkan tiket di atas Tarif Batas Atas (TBA) yang ditetapkan pemerintah.
"Untuk tiket pesawat memang sudah ada kebijakan untuk seluruh maskapai memberikan diskon. Memang kalau namanya tiket itu kan B to B (bisnis to bisnis)," ujarnya saat dihubungi Okezone.
8. Pemerintah terus Melakukan pengawasan
Meskipun begitu, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Hengki Angkasawan mengatakan, akan terus melakukan pengawasan pada tiket yang dijual oleh maskapai. Khususnya untuk tiket penerbangan yang murah (low cost carrier/LCC).
"Tapi kami Kementerian Perhubungan tetap berkomitmen untuk terus melakukan pengawasan terhadap tarif tiket pesawat kelas ekonomi," jelasnya.
(Fakhri Rezy)