JAKARTA - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra telah memiliki berbagai strategi untuk menghadapi utang jatuh tempo pada Mei 2020. Utang tersebut sebesar USD500 juta atau setara Rp6,8 triliun (kurs Rp13.632 per USD).
Menurut dia, salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan negosiasi untuk mencari utang baru. Selain itu, dengan melibatkan atau menyewa negosiator maupun konsultan di luar perseroan untuk mendapat harga yang bagus.
"Kalau perlu kita hire konsultan. Apabila sudah seperti ini perlu hire negotiated yang kuat. Dan kita perlu melibatkan practice di luar Garuda untuk memastikan kita mendapat harga yang lebih bagus," ujar dia di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (24/12020).
Baca Juga: Sudah Tersentuh Virus Korona, Garuda Belum Berencana Stop Rute Penerbangan ke Singapura
Kemudian, lanjut dia, cara yang paling memungkinkan untuk menghadapi utang tersebut adalah dengan melakukan efisiensi. Salah satunya dengan menekan biaya leasing. Pasalnya biaya pengeluaran tersebut merupakan yang terbesar selain harga avtur.