JAKARTA - Dag dig dug melihat pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang hampir menembus Rp17.000 per USD selama seminggu terakhir.
Pelemahan Rupiah yang nyaris menyentuh Rp17.000 per USD imbas virus korona mengingatkan pada krisis 1998.
Tak ingin Rupiah jadi bulan-bulanan, Bank Indonesia (BI) selaku penanggung jawab penuh kestabilan Rupiah melakukan banyak cara untuk menstabilkan Rupiah.
Ya benar saja, Rupiah akhirnya menguat dan bergerak stabil menjauhi level Rp17.000 per USD. Kini Rupiah bergerak di level Rp16.000-an per USD.
Berikut fakta-fakta menarik Rupiah hampir menyentuh level Rp17.000 per USD seperti dirangkum Okezone, Jakarta, Minggu (29/3/2020):
1. Rupiah Anjlok ke Rp16.460/USD
Sentimen pelemahan Rupiah karena virus korona kian menyebar. Tingkat kematian corona di RI sangat tinggi yang menyentuh 9,3% pada Minggu 22 Maret 2020 membuat Rupiah melemah pada perdagangan Senin.
Pada perdagangan Senin 23 Maret 2020, Rupiah anjlok 500 poin atau 3,13% ke Rp16.460 per USD.
2. Bank Jual Dolar AS Rp17.000 per USD
Â
Dalam kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), Senin(23/3/2020), Rupiah berada di posisi Rp16.608 per USD.
Bahkan ada bank yang sudah menjual dolar AS di level Rp17.104/USD
3. Penyebab Rupiah Anjlok Dekati Rp17.000 per USD
Menurut Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira, sumber utama pelemahan Rupiah disebabkan adanya aksi jual di bursa saham oleh investor asing.
"IHSG baru dibuka sudah drop 4%. Ini disebabkan oleh dua sentimen," kata Bhima kepada Okezone, Jakarta, Senin (23/3/2020).
4. Rupiah Menunjukkan Tren Perbaikan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan perkembangan nilai tukar Rupiah pada hari ini cukup stabil. Rupiah bergerak di level Rp16.400 per USD. Terlihat dari permintaan maupun penawaran berjalan secara baik di pasar valas.
"Rupiah hari ini cukup stabil. Saya juga ucapkan terima kasih kepada para eksportir yang sudah kemudian memasok dolarnya ke pasar valas hingga hari ini nilai tukar bergerak stabil di pasar valas," ujar dia pada telekonferensi, Selasa (24/3/2020).
Sentimen pertama adalah gagalnya Senat AS menyepakati stimulus USD1,8 triliun untuk antisipasi dampak ekonomi covid-19. Kedua, jumlah pasien yang terinfeksi covid-19 di Indonesia terus meningkat. "Sehingga ada kekhawatiran lockdown dilakukan," katanya.