Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 2,5% di Tengah Covid-19, Ini Penjelasannya

Giri Hartomo , Jurnalis-Sabtu, 11 April 2020 |11:03 WIB
      Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 2,5% di Tengah Covid-19, Ini Penjelasannya
Ekonomi (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - DBS Group Research dalam laporan yang diterbitkan menyatakan, ekonomi Indonesia relatif tidak dirugikan oleh pandemi virus corona atau Covid-19 pada awal tahun ini. Akan tetapi tingkat infeksi mengalami peningkatan dalam dua minggu terakhir.

Mengutip keterangan resmi DBS, Jakarta, Sabtu (11/4/2020), selain pembatasan kedatangan dari luar negeri, pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara lokal, namun memilih tidak menetapkan karantina secara nasional.

Baca Juga: Terpukul Corona, Ekonomi RI Kuartal II Diprediksi Hanya Tumbuh 1,1% 

Hal ini dilakukan dengan memperhitungkan pelaksanaan ibadah puasa sebulan penuh dan Idul Fitri, saat mana biasanya banyak pekerja migran dari luar Indonesia kembali ke kampung halaman mereka, serta pergerakan domestik antarprovinsi.

Dalam situasi ini, migrasi dapat menimbulkan risiko penyebaran infeksi ke seluruh negeri sehingga para pemimpin daerah memperketat pemeriksaan.

 Covid-19

Dalam keadaan sekarang, PSBB kemungkinan akan berdampak luas pada sektor manufaktur dan jasa, termasuk sarana komoditas konsumen akhir, restoran, eceran, pabrik produksi, konstruksi, dan lain-lain karena keputusan menjaga jarak sosial dan kendala logistik.

"Mengingat permintaan konsumen akan terpukul, seperti yang telah diperkirakan, kemungkinan penundaan belanja/pengeluaran dan neraca perdagangan lemah diperkirakan membuat PDB 2020 tumbuh 2,5% (diubah dari 4,4% sebelumnya)," demikian laporan DBS tersebut.

Respons moneter dan fiskal tetap kuat, (lihat di sini). Pelonggaran moneter lebih lanjut mungkin terjadi, tetapi bukan keputusan mudah. Suku bunga rendah dibutuhkan untuk mendukung kegiatan ekonomi.

Akan tetapi, itu akan menyebabkan penyempitan selisih lebih lanjut dengan imbal hasil surat berharga pemerintah AS, yang dapat menghalangi portofolio investor asing. Sementara itu, pemerintah menaikkan nilai penawaran obligasi dalam mata uang asing menjadi USD4,3 miliar, sebuah penawaran tertinggi hingga saat ini, untuk mendanai bantuan dalam rangka penanganan virus korona.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement