JAKARTA - Industri penerbangan internasional tengah mengalami 'turbulensi' akibat Covid-19. Di tengah pahitnya situasi, beredar sebuah video viral mengenai staff British Airways yang menyentuh hati.
Seperti diketahui, maskapai berusia 100 tahun itu kini harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 12.000 staf-nya, baik pilot maupun awak kabin. Mengetahui rencana pahit itu, para staf pun menolak dengan tegas melalui sebuah video mengatasnamakan para staf untuk British Airways.
Video itu berdurasi 3 menit. Mengisahkan perjalanan panjang British Airways selama 100 tahun. Bahkan di dalam video itu terdapat penerbangan tahun 1919, di mana British Airways masing mengoperasikan pesawat kecil.
Dalam video itu juga dikisahkan masa kejayaan British Airways dengan berbagai prestasi dan ujian yang pernah dihadapi. "Sebuah pesan dari staf British Airways yang tidak menginginkan terjadinya PHK," demikian tertulis dalam awal video tersebut, seperti dikutip Senin (11/5/2020).
Berikut ini cuplikan narasi yang tertulis dalam video tersebut.
"Ini adalah sebuah pesan kepada British Airways dari para staf. 1919-2019. British Airways nomor 1 di Eropa Kita memiliki perjalanan panjang dengan sejarah yang membanggakan. Kita melakukan banyak hal bersama, menghadapi perbedaan, tetapi kita masih sebuah keluarga.
Di saat krisis, kita menerbangkan orang-orang untuk pulang dan membawa suplai obat. Ketika bekerja bersama-sama kita mampu mendapatkan berbagai macam prestasi. Ketika kita menghadapi krisis keuangan yang buruk. Kita selalu ada di setiap nafas British Airways. Pengurangan 12.000, kontrak 0 jam, gaji, kemiskinan, mata pencaharian hancur
BA, stop! Pikirkan kembali"
Video itu diunggah oleh akun Youtube Unite The Union Yout. Video ini telah menyita perhatian hingga dilihat sebanyak 250.123 kali dan disukai 2.2 k orang.
Dalam postingan Staf British Airways mengimbau perusahaan untuk memikirkan kembali rencananya untuk merumahkan 12.000 pekerja di seluruh departemen. Kendati demikian, Grup IAG (induk usaha British Airways) memiliki cadangan tunai sebesar € 6,7 miliar.
Para staf mengatakan, mereka yang tidak diberhentikan akan dipaksa untuk menandatangani 'kontrak nol-jam' baru dan menerima upah yang jauh lebih rendah (hingga 60% pemotongan gaji dalam beberapa kasus) dengan kondisi kerja yang jauh lebih buruk.
(Dani Jumadil Akhir)