Lama kelamaan, masker buatannya mulai sepi peminat selama dua minggu tidak ada penjualan lagi, apalagi dengan kemunculan masker scuba, di samping bahannya lain, Mariani tidak punya bahan kain untuk membuat masker tersebut.
"Akhirnya saya beranikan diri membeli contoh masker scuba, ternyata pas saya beli ternyata masker scuba itu ada juga sama saya, cumakan saya sudah putus asa mungkin, ternyata bahannya ada. Saya mulai membuat dan menjualnya, jadi bisa bersaing," tuturnya.
Kemudian muncul lagi masker scuba model corak. Karena tidak punya bahan model corak, mariani kemudian berinovasi membuat masker dengan gratis sablon. Hingga kini sudah 19 model masker diproduksi olehnya.
"Sampai saat ini variasi masker saya sudah ada 19, karena untuk supaya terus ada pendapatan, karenakan kalau cuma satu model orang pasti bosan, tidak ada yang unik," tambahnya

Dari 12 orang karyawan yang dimilikinya, kini tinggal tersisa empat orang saja, beberapa orang karyawan yang membuat kerajinan, batik, kaos, serta beberapa bidang lain terpaksa harus dirumahkan.
Meski perharinya Mariani meraih omset Rp100 ribu dari hasil penjualan masker, baginya itu sudah cukup membantu biaya hidup sehari-hari bersama karyawannya.
"Itu yang penting aja, yang lain-lain kami belum memikirkannya, yang penting biaya kehidupan sehari-hari Saja boleh, yang penting istilahnya ada untuk bayar listrik sama beli beras, itu saja," pungkasnya.
(Dani Jumadil Akhir)