Sunarso menegaskan, BRI juga akan mempertajam segmen kredit pada platform digital bisnis di sektor UMKM. Sementara untuk industri akan fokus ke sektor dengan penyediaan bahan pangan, pertanian, obat-obatan dan alat kesehatan.
"Distribusinya pun sudah lebih digital. Kami menggunakan platform e-commerce. Sehingga pelaku usaha bisa melakukan assesment secara mandiri dan terkoneksi dengan jaringan market," ujarnya.
Strategi tersebut pun ditegaskan Sunarso dalam memiliki target yang realistis. Di mana Loan growth tumbuh 5%, rasio likuiditas 90%, Net Interest Margin (NIM) akan mengalami penurunan namun terukur dengan proyeksi di angka 5,5%, fee based income 7%, capital expanditure (capex) tumbuh 9%, non performing loan (NPL) 3%.
"Ini ambisi dan aspirasi yang cukup baik," tegasnya.
Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank BRI menyetujui untuk membagikan dividen sebesar 60% dari laba bersih atau sekitar Rp20,6 triliun atau sekitar Rp168,1 per lembar saham.
Angka ini naik 27,2% dibandingkan dengan dividen yang dibagikan BRI pada tahun lalu sebesar Rp16,2 triliun atau sekitar Rp132,2 per lembar saham. Sedangkan Earning Per Share (EPS) perseroan di tahun 2019 sebesar Rp279, naik 6,1% dibandingkan EPS tahun 2018 sebesar Rp263.
Selama 2019, BRI membukukan laba bersih sebesar Rp34,4 triliun atau tumbuh 6,2% dari tahun sebelumnya.
(Dani Jumadil Akhir)