JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) berencana melakukan kerjasama dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Di mana para pengusaha ini ingin menjadi member maskapai nasional, guna mendorong industri penerbangan.
Garuda Indonesia merupakan salah satu industri penerbangan yang tertekan selama pandemi virus corona. Untuk tiu, kuci utama dalam menghadapi kondisi normal baru atau New Normal adalah menjaga kesinambungan dan keberlangsungan bisnis setelah non-aktif dalam waktu yang sangat lama.
Baca Juga: HIPMI dan MNC Group Jajaki Kerjasama Bisnis Digital Perkuat Ekosistem Milenial
Untuk itu, Hipmi pun akan melakukan kolaborasi. Menurut Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Mardani H Maming, Garuda Indonesia bisa melewati permasalahannya dengan dukungan dan dibantu support para pengusaha semuanya.
"Saya sudah menyampaikan kepada Ketua Bidang Perhubungan dan BUMN, BPP Hipmi apakah bisa pengurus Hipmi mendapatkan member untuk pembelian tiket pesawat Garuda Indonesia, misalnya mendapatkan harga khusus untuk anak-anak Hipmi. Sehingga, Hipmi mempunyai prestasi khusus untuk dalam member khususnya dalam pembelian tiket Garuda Indonesia," ujar Maming, dalam keterangannya, Rabu (7/8/2020).
Baca Juga: Dukung HIPMI Perbanyak Pengusaha Muda, Hary Tanoesoedibjo Gagas E-Commerce Produk Lokal
Jika bisa, kata Maming, bagaimana caranya Hipmi bisa bekerjasama dengan Garuda Indonesia. Dan hal ini khususnya menjadi babak baru industri penerbangan dan aviasi menjadi masukan bersama.
"Apakah itu bisa, kalau misalnya bisa bagaimana caranya Hipmi bisa bekerjasama dengan Garuda Indonesia. Tapi saya yakin juga, dalam acara ini khususnya babak baru industri penerbangan dan aviasi mudah-mudahana bisa menjadi masukan bersama," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia Dony Oskaria mengatakan, standar-standar yang akan menjadi suatu peluang usaha dengan penerapan New Normal, tidak sulit untuk dilakukan, misalkan menambah suatu bisnis proses seperti di Garuda Indonesia yang tidak sulit seperti menambah atau menempatkan hand sanitizer.
Hal tersebut mungkin semua industri bisa melakukan, tetapi sebaik pengusaha kembali lagi yang harus dilihat adalah bagaimana kemudian dalam situasi yang berubah secara drastis ini perusahaan tetap bisa eksis.