"Bagaimana kemudian mem-balance antara kebutuhan cashflow di dalam situasi seperti ini, di satu sisi adalah kita tetap harus me-maintance probability sebagai sebuah perusahaan untuk tetap bisa eksis ke depan. Tantangan ini yang paling berat dihadapi oleh Garuda Indonesia, di satu sisi bila dibayarkan bahwa structure cost daripada Garuda Indonesia itu umumnya adalah fixed cost tentu harus dibiayai dari pendapatan," ungkap Dony.
Baca Juga: Dukung RUU Penyiaran, Hipmi Minta Konten Digital Diatur
Pihaknya pun harus tetap me-maintance posisi cashflow untuk tetap bisa menghidupi biaya-biaya yang tidak mungkin bisa dihindari dan harus tetap mempertahankannya. Mem-balance antara kebutuhan cashflow bahwa tidak ada cashflow perusahaan otomatis akan mati, di satu sisi adalah bagaimana tetap mendapatkan cashflow tersebut tetap pada posisi margin.
"Kalau kita menaikkan tarif, Indonesia juga mengenal ada regulasi tarif batas atas yang tidak mungkin kita bisa naikkan. Lalu, apa peluang bisnis yang bisa kita lakukan menghadapi situasi seperti ini, tentunya sebagai seorang pengusaha kita tentu sangat melihat setiap peluang yang ada," katanya.
(fbn)