JAKARTA - Kurs dolar Amerika Serikat (AS) masih tak berdaya terhadap beberapa mata uang utama seperti euro, franc Swiss, dan sterling. Dolar terbebani kebuntuan pembahasan tentang tambahan stimulus untuk membantu mengatasi pandemi virus korona.
"Dolar melemah adalah tanda sentimen risiko positif. Pasar bergerak ke tempat-tempat yang akan memberi mereka keuntungan lebih baik dan lebih nyaman dalam membeli dolar Australia, euro, dan bahkan pound," tulis Direktur Eksekutif Klarity FX Amo Sahota, dilansir dari CNBC, Jumat (14/8/2020).
Baca Juga: Dolar Melemah Tertekan Ketidakjelasan Stimulus untuk Selamatkan Ekonomi AS
Setelah kehilangan 10%, dolar saat ini berada di sekitar level terendah dalam lebih dari dua tahun sejak akhir atau terjadi mulai Juli 2020. Hal tersebut karena investor tetap fokus pada pembicaraan paket stimulus, yang macet minggu lalu.
"Kebuntuan atas paket stimulus mengganggu. Menaruh lebih banyak bantuan di atasnya, yang sedang coba dilakukan oleh pemerintah sekarang, tidak bertahan lama,” kata Sahota.
Dalam perdagangan sore, euro naik 0,1% menjadi USD1,1798. Sejak awal Juli, euro telah menguat hampir 6% terhadap dolar. Terhadap franc Swiss, dolar turun 0,2% menjadi 0,9105 franc. Sterling juga naik 0,3% versus dolar menjadi $ 1,3051.
Baca Juga: Dolar AS Turun Lagi Tertekan Euro dan Poundsterling
Dolar juga mengabaikan data klaim pengangguran AS yang lebih baik dari perkiraan. Klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun 228.000 menjadi 963.000.
Itu adalah level terendah sejak pertengahan Maret ketika pihak berwenang mulai menutup bisnis yang tidak penting untuk memperlambat penyebaran virus. (feb)
(Rani Hardjanti)