JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada semester I-2020 secara konsolidasi membukukan laba bersih sebesar Rp10,20 triliun. Angka tersebut tercatat lebih rendah atau turun 32% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, penurunan laba tersebut lebih disebabkan untuk penyelamatan UMKM akibat pandemi covid-19 sehingga menggerus pendapatan bunga.
"Penurunan ini supaya kita menyelamatkan UMKM berupa restrukrisasi dan melakukan beberapa inisiatif kepada debitur dengan penurunan suku bunga," kata Haru saat konferensi pers virtual di Jakarta Rabu (19/8/2020).
Baca Juga: BRI Buyback Saham Rp47,25 Miliar di Tengah Corona
Dengan adanya restrukturisasi dampaknya adalah terlambat atau tidak diterimanya pendapatan bunga sehingga Net Interest Margin (NIM) BRI turun jadi 5,6%. Ke depan, jika restrukrisasi kredit sudah mulai optimal yang artinya penambahan sudah melandai maka diharapkan NIM akhir tahun bisa sekitar 5,6%.
Hingga akhir Semester I 2020, pendapatan berbasis komisi BRI tercatat sebesar Rp7,46 triliun atau tumbuh 18,59% yoy. Adapun aset konsolidasian mencapai Rp1.387,76 triliun atau tumbuh 7,73% yoy.
Baca Juga:Â Bos BRI Pede Kredit Tumbuh 5% di Tengah Covid-19
BRI juga mampu menjaga loan to deposit ratio (LDR) secara ideal di angka 86,06%, atau lebih rendah dengan LDR BRI di akhir Juni 2019 sebesar 92,81%. Sementara itu, permodalan BRI mampu dijaga dengan optimal dengan CAR 20,15%.
"Artinya kita masih cukup likuiditas. CAR juga masih kondusif sehingga bisa mendorong kredit dan bisa mengcover kalau sewaktu waktu ada risiko," ungkap dia.
(dni)