Menurut Jarot penyelesaian pembangunan bendungan merupakan salah satu upaya struktural dalam pengelolaan air dan pengurangan risiko banjir, disamping adanya upaya non struktural/non fisik seperti sinergi antar Kementerian/Lembaga dan komunitas peduli sungai, penghijauan kawasan hulu sungai serta edukasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai.
Bendungan pertama yang telah rampung 100 % konstruksinya, yakni Bendungan Paselloreng dengan luas genangan 1.892 hektare dan kapasitas tampung 138 juta m3 untuk mengairi 8.510 hektare sawah. Pembangunannya dikerjakan oleh PT Wijaya Karya-PT Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya konstruksi Rp753,4 miliar.
Bendungan lainnya yang juga akan rampung pada Desember 2020 berada di Provinsi Jawa Timur yakni, Bendungan Tukul dengan daya tampung 8.68 juta m3 diproyeksikan untuk untuk mensuplai irigasi seluas 600 hektare dan air baku 300 liter per detik. Pembangunan bendungan Tukul dimulai sejak 2013 dengan kontraktor PT Brantas Abipraya dan biaya konstruksi sebesar Rp904 miliar.
Bendungan lainnya yang ditargetkan akan selesai pada Desember 2020 adalah Bendungan Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang memiliki kapasitas tampung 56,77 m3. Layanan irigasi yang diberikan utamanya di Kabupaten Tapin sebesar 5.472 hektar.