Dalam edukasi dia menjelaskan pada tahap awal biasanya tidak mungkin pengusaha ke perbankan sehingga biasanya menggunakan modal sendiri atau keluarga. Misalnya untuk mulai membangun usaha rumahan. Berikutnya bila sudah berkembang bisa mencari investor. "Membangun usaha itu tidak mudah atau mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Sangat menantang. Karena itu awalnya bisnis harus mulai dari kegiatan yang disukai," ujarnya.
Menurutnya membangun usaha butuh latihan seperti pebalap motor atau atlet MMA. Setelah usaha berkembang lalu masuk kategori feasible atau menjanjikan berkembang. Tahap selanjutnya adalah bagaimana caranya menjadi bankable. "Karena bank akan melihat kondisi saat ini dan kedepannya seperti memilih jodoh. Harapannya bisnis yang bagus secara historikal naik. Kemudian diberikan pinjaman lalu mendorong penjualan dan untung bertambah dan bisnisnya berkembang. Begitu harapan perbankan," ujarnya.
Dia mengatakan, bank akan membiayai 70-80% dari modal demi adanya moral obligation atau supaya ada komitmen dari para debitur. Berikutnya bank juga melihat tren industri. Seperti saat ini bank cenderung menghindari sektor pariwisata di tengah pandemi. "Jadi bank akan mencari usaha yang mengandalkan penjualan dari sosmed dan online seperti makanan," ujarnya.
Selanjutnya perseroan juga mengatakan akan mengedukasi pelaku usaha milenial. Khususnya bagaimana sikap mereka diterima investor dan perbankan. Karena bagaimanapun mereka akan tetap akan butuh dukungan bank.
Sementara itu Art Director MNCTV Baskoro Aji memberikan saran kepada pelaku usaha Milenial bagaimana membuat produk yang menarik. Langkah awal menurutnya dengan melihat kompetitor penjual produk yang sama dan waktu yang sama. Menurutnya ada beberapa tips praktis sebelum melakukan inovasi skala besar untuk mengembangkan bisnisnya. "Misalnya inovasi produk yang sama seperti munculnya ayam geprek. Dari sekedar jualan ayam tapi akhirnya banyak juga restoran yang ikut menjual ayam geprek. Ini artinya meskipun produk sama tapi sampaikan dengan kemasan yang baik karena akan ada respon yang berbeda dari konsumen," ujar Baskoro dalam kesempatan sama.
Menurutnya konsumen rela mengeluarkan uang lebih besar demi pengalaman baru dibandingkan yang biasanya. Seperti ayam tepung pinggir jalan dengan bungkus kertas biasa. Otomatis harganya murah dibandingkan brand besar. "Namun harga lebih mahal bisa tetap laris karena ada pengalaman beda. Jadi bagaimana mengemas produk. Ini lebih praktis sebelum melakukan inovasi berat lainnya," ujarnya.
(Feby Novalius)