JAKARTA – PT Angkasa Pura II (Persero) melakukan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di seluruh bandaranya. Demi mewujudkan itu, perseroan dan PT Len Industri menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang Kajian Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
Sejalan dengan MoU tersebut, akan ada kajian teknis implementasi EBT di 3 bandara yakni Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Bandara Kualanamu di Deli Serdang, dan Bandara Banyuwangi.
Baca Juga: Kejar Target 23% EBT di 2025, Bisa Enggak Ya?
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan diharapkan kajian teknis sudah usai pada akhir tahun.
“Lokasi kajian teknis ditetapkan di 3 bandara sesuai dengan surat dari PT Len Industri, dan kami rasa sudah sangat memadai. Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara terbesar, kemudian Kualanamu adalah kedua terbesar, sementara Banyuwangi merupakan bandara yang pembangunannya sudah mengarah ke konsep green airport,” jelas Muhammad Awaluddin. dalam keterangan resminya, Kamis (5/11/2020).
Baca Juga: Harta Karun EBT di RI 400 Gigawatt, Baru Segini yang Dimanfaatkan
Lebih lanjut, Awaluddin mengatakan tujuan penggunaan EBT di bandara PT Angkasa Pura II adalah melengkapi sumber listrik dari PLN, meminimalkan biaya konsumsi listrik, dan menerapkan konsep green airport.
“Misalnya di Bandara Soekarno-Hatta, penggunaan EBT sebesar 10% dari kebutuhan saja itu sudah sebesar 6,5 megawatt. Itu sudah termasuk cukup besar untuk penggunaan EBT,” ujar Muhammad Awaluddin.
Di dalam 2 tahun mendatang, PT Angkasa Pura II menargetkan penggunaan EBT di bandara-bandara dapat mencapai 10% dari total penggunaan/konsumsi listrik.
“Implementasi EBT ini juga merupakan strategi perseroan di dalam mengimplementasikan Business Survival Initiatives di tengah pandemi, serta melakukan optimalisasi melalui pivoting business atau mencari peluang yang ada,” ujar Muhammad Awaluddin.