JAKARTA - Kinerja perdagangan Indonesia mencatatkan surplus pada Oktober 2020. Ini menjadi kali keenam ekspor-impor Indonesia mengalami surplus tahun ini.
Meskipun begitu, surplusnya perdagangan Indonesia bukan sesuatu hal yang menggembirakan. Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudistira menilai, kinerja ekspor yang surplus bukan sesuatu yang berkualitas.
“Ini surplus yang tidak berkualitas,” ujarnya saat dihubungi Okezone, Selasa (17/11/2020).
Baca Juga:Â Urusan Neraca Dagang, RI Menang Lawan AS dan China
Bhima menambahkan, surplus yang terjadi lebih disebabkan belum pulihnya kinerja ekspor. Sementara nilai impor turun lebih dalam akibat masih rendahnya permintaan bahan baku.
“Kurang bagus karena surplus lebih disebabkan belum pulihnya kinerja ekspor sementara impor turun lebih dalam akibat rendahnya permintaan bahan baku,” jelasnya.
Selain itu, rendahnya impor dikarenakan masih lesuinya daya beli masyarakat. Sehinggi impor barang konsumsi masih sangat rendah dan berpengaruh pada kinerja keseluruhan.
“Ada tekanan pada daya beli masyarakat yang berpengaruh terhadap impor barang konsumsi,” ucapnya.
Baca Juga:Â Neraca Dagang Surplus, BI Jaga Ketahanan Eksternal
Sebagai informasi sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2020 mengalami surplus sebesar USD3,61 miliar. Angka kni mengalami kenaikan jika dibandingkan suruplus bulan lalu karena hanya USD2,39 miliar.
Ini merupakan surplus enam kali neraca dagang Indonesia pada tahun ini. Ini memperpanjang rentetan surplus setelah pada September sudah mencatatkan lima kali.
Surplus neraca perdagangan Oktober karena angka Ekspor lebih besar dari impor. Apalagi adanya penurunan impor cukup dalam pada Oktober 2020.