JAKARTA- Pemerintah harus mendorong konsumsi kelas menengah dan atas untuk beberlanja. Tujuannya memperbaiki aktivitas ekonomi Indonesia dan keluar dari jurang resesi di akhir tahun ini.
Apalagi, ekonomi Asean sudah terjadi pembalikan arah dengan pertumbuhan kinerja ekspor yang positif 8,45%.
Baca Juga:Â Menko Perekonomian Airlangga: Tren Membaik, Sektor Swasta Didorong Optimistis Kembali Berinvestasi
"Ini kabar baiknya ada pemulihan ekspor yang lebih cepat, Kita berharap ada perbaikan kualitas surplus perdagangan pada akhir tahun tersisa," ujar Ekonom Indef Bhima Yudistira, di Jakarta, Minggu (22/11/2020).
Menurutnya, neraca dagang surplus pada Oktober sebesar USD3,61 miliar didapat dari ekspor Oktober USD 14,39 miliar dan impor Oktober USD10,78 miliar.
Baca Juga:Â Indonesia Resesi, Jokowi: Sangat Sulit
"Meskipun tetap perlu dicermati bahwa surplus masih disebabkan impor yang menurun cukup dalam karena aktivitas di dalam negeri belum pulih," katanya.
Kata dia, angka surplus ini sesuai dengan prediksi melihat masih rendahnya permintaan bahan baku industri di dalam negeri. Impor bahan baku yang turun 5% dibandingkan bulan September 2020 atau minus USD415,7 juta yang mencerminkan produsen masih menahan kenaikan produksi karena daya beli konsumen masih turun.
"Data ini sejalan dengan indeks penjualan riil BI yang terkontraksi 8,7% pada bulan September. Indeks keyakinan konsumen pun masih menurun dari 83,4 menjadi 79 pada Oktober," katanya.