NEW YORK - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap sekeranjang mata uang pada perdagangan Rabu waktu setempat. Dolar AS turun 0,14% menjadi 91,999.
Jumlah pengajuan klaim tunjangan pengangguran sangat meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 dan pembatasan bisnis meningkatkan PHK dan merusak pemulihan pasar tenaga kerja.
Baca Juga: Dolar AS Merosot Efek Masa Transisi Biden
Sementara itu, data lain menunjukkan bahwa ekonomi naik pada kuartal keempat, dengan belanja konsumen dan investasi melampaui ekspektasi analis pada Oktober. Bisnis juga melaporkan rebound tajam dalam laba di kuartal ketiga.
"Longsoran data campuran AS hari ini berdampak kecil pada USD, dan tampaknya pedagang lebih fokus pada penyesuaian posisi liburan sebelum Thanksgiving daripada yang lainnya," Analisis Mata Uang Global Ronald Simpson, dilansir dari Reuters, Kamis (26/11/2020).
Baca Juga: Dolar Kembali Menurun di Tengah Pembicaraan Stimulus Ekonomi
Dolar berada di bawah tekanan dalam beberapa bulan terakhir dari ekspektasi suku bunga AS akan tetap mendekati posisi terendah dalam sejarah dan berita tentang berbagai vaksin Covid-19 meningkatkan minat investor terhadap mata uang berisiko.
Hanya saja, dolar AS diperkirakan akan terus turun karena kemajuan vaksin dan pilihan mantan Ketua Federal Reserve Janet Yellen yang diharapkan menjadi menteri keuangan AS berikutnya. Hal ini diharapkan bisa mengurangi dua ketidakpastian besar bagi investor.
Sterling naik tipis pada hari Rabu setelah menteri keuangan Inggris Rishi Sunak mengumumkan rencana pengeluaran satu tahun ke parlemen, bersama dengan perkiraan baru untuk ekonomi negara yang dilanda virus corona.
Sebelumnya, indeks dolar AS merosot pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Dolar melemah setelah Presiden AS Donald Trump menerima transisi ke kepresidenan Joe Biden dan dengan optimisme bahwa vaksin COVID-19 akan segera diluncurkan.
Trump mengakui bahwa Kepala Administrasi Layanan Umum (GSA) harus melanjutkan transisi ke pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden terpilih Joe Biden, meskipun ada rencana untuk melanjutkan tantangan hukum terhadap hasil pemilu.
(Feby Novalius)