JAKARTA – Pada hari bursa terakhir di tahun 2020, IHSG ditutup melemah 0,95% di level 5.979,07. Perdagangan di sesi penutup 30 Desember 2020 ini berakhir di zona merah, yang disebabkan oleh aksi profit taking menjelang libur panjang tahun baru.
Research Analyst MNC Sekuritas Catherina Vincentia berpendapat investor ingin memantau perkembangan selanjutnya dari vaksin dan sentimen global lainnya, sehingga lebih memilih untuk reserving cash.
Baca Juga:Â Pasar Modal RI Dibanjiri 3,87 Juta Investor Baru meski Ada Covid-19
Merangkum pergerakannya sepanjang 2020, IHSG telah melemah 4,85% YTD 30 Desember 2020.
Cathy menjelaskan, investor perlu mewaspadai hal-hal berikut dalam menyambut tahun 2021 mendatang, yaitu: 1) Distribusi dan efektivitas vaksin yang apabila ternyata di bawah ekspektasi, serta perkembangan mutasi virus COVID-19 yang lebih buruk dibandingkan dengan saat ini; 2) Realisasi pertumbuhan ekonomi dan kinerja emiten yang berada di bawah estimasi analis dan pasar; 3) Implementasi omnibus law; 4) Bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim yang ekstrim, dimana hal ini menjadi faktor yang berada di luar kendali.Â
Baca Juga:Â Penutupan IHSG 23 Maret, Anjlok 4,9% ke Level Terendah 3.989
Lebih lanjut, Cathy memaparkan beberapa sektor yang perlu dicermati untuk tahun 2021 antara lain: 1) Perbankan masih menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan IHSG dikarenakan bobot terhadap IHSG yang sangat dominan mencapai 38%; 2) Sektor Telekomunikasi dinilai positif seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang saat ini banyak menggunakan layanan online, serta banyaknya aksi M&A;
3) Sektor pertambangan logam terutama nikel yang menjadi proxy green economy yang sangat berkorelasi erat dengan pengembangan EV; 4) Sektor Perkebunan CPO, dimana di tengah masa pandemi saja, harga CPO mengalami peningkatan di level MYR3.600 per mt dan diyakininya dapat terus meningkat ke level RM4.000/mt di awal 2021.