JAKARTA β Indeks dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Dolar AS melemah setelah menguat selama lima hari berturut.
Dolar melemah karena laporan pekerjaan Amerika Serikat menghentikan reli, menunjukkan bahwa beberapa pedagang mungkin telah menilai berlebihan untuk pemulihan Amerika yang lebih kuat dari pandemi Virus Corona.
Baca Juga: Investor Lakukan Hal Ini, Dolar AS Melemah
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,5% menjadi 91,028, tetapi masih mempertahankan kenaikan mingguan 0,6%, dilansir dari Antara, Sabtu (6/2/2021).
Euro menguat 0,7% menjadi 1,2042 dolar, merupakan kenaikan harian terbesarnya dalam lebih dari dua bulan setelah laporan, yang dikatakan oleh Marc Chandler, ahli strategi di Bannockburn Global Forex, melakukan lebih banyak untuk memaksa pedagang jangka pendek menyesuaikan posisi long-dollar dan short-euro daripada mengubah prospek ekonomi untuk pemulihan AS yang lebih kuat dari rekan-rekannya.
βIni memaksa beberapa posisi long-dollar keluar,β kata Chandler. βIni tidak benar-benar mengubah apa yang diharapkan untuk PDB kuartal pertama di AS. Pemposisian pasar adalah cerita yang berbeda.β
Baca Juga: Joe Biden Bakal Cairkan Paket Stimulus USD1,9 Triliun, Dolar AS Justru Melemah
Laporan tersebut menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS rebound kurang dari yang diharapkan pada Januari dan kehilangan pekerjaan pada bulan sebelumnya lebih dalam dari yang diperkirakan, memperkuat alasan untuk uang bantuan tambahan guna membantu pemulihan dari pandemi COVID-19.
Greenback turun 0,1% terhadap yen di 105,42. Perubahan yang lebih moderat terhadap yen, kata Chandler, konsisten dengan imbal hasil obligasi AS jangka panjang yang naik tipis sebagai reaksi terhadap laporan tersebut, dan dukungan yang diberikannya untuk pengeluaran pemerintah tambahan buat merangsang ekonomi.
Follow Berita Okezone di Google News
Selisih antara imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun dan 10 tahun, yang dipandang sebagai indikator ekspektasi ekonomi, melebar hingga 106 basis poin dan terbesar sejak Mei 2017.
Presiden AS Joe Biden mengutip laporan itu ketika ia dan sekutu Demokratnya mendorong langkah-langkah menuju paket bantuan COVID-19 senilai 1,9 miliar dolar AS, termasuk pemungutan suara di Senat dan satu lagi yang diharapkan di DPR. Langkah tersebut bertujuan untuk mengamankan pengeluaran sebelum tunjangan pengangguran khusus berakhir pada 15 Maret.
Harapan untuk lebih banyak stimulus juga mendorong saham global ke rekor baru pada Jumat (5/2/2021), seperti yang diukur oleh indeks MSCI yang melacak saham-saham seluruh dunia.
Minyak, juga, naik menuju 60 dolar AS per barel dan mencapai harga tertinggi dalam satu tahun karena prospek kebangkitan ekonomi dan pembatasan pasokan oleh produsen.
Stimulus agresif memicu ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan menambah minat pasar terhadap data harga konsumen baru yang akan dirilis minggu depan, tulis analis di ING pada Jumat malam (5/2/2021). Dampak terhadap dolar bisa datang melalui apa yang dikatakan data harga tentang suku bunga setelah mengurangi inflasi, kata mereka.
Analis dan investor telah menimbang apakah penguatan dolar tahun ini merupakan reaksi sementara terhadap penurunan 7,0% pada tahun lalu atau pergeseran jangka panjang dari pesimisme dolar.
Indeks dolar masih naik 1,2% sepanjang tahun ini. Kenaikannya telah didukung oleh imbal hasil obligasi AS jangka panjang yang lebih tinggi, yang mendorong pedagang untuk memposisikan pengeluaran fiskal besar-besaran.
Mata uang kripto, bitcoin dan ether tampaknya mendapat manfaat dari jatuhnya dolar pada Jumat (5/2/2021), masing-masing naik 2,0% dan 7,0%.
Kontrak berjangka pada ether, juga dikenal sebagai ethereum, akan mulai diperdagangkan pada Minggu malam (7/2/2021) di bursa derivatif CME di mana bitcoin berjangka telah diperdagangkan sejak 2017.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.