Sepanjang pekan lalu, yield treasury AS tenor 10 tahun sempat naik 17 basis poin menjadi 1,51 persen yang merupakan level tertinggi sejak awal Februari 2020. Namun, kini berangsur turun, sehingga rupiah dan mata uang lainnya kembali menguat.
"Sebelumnya, Rupiah membukukan pelemahan tiga hari beruntun, seiring kenaikan imbal hasil (yield) US treasury (obligasi AS). Kini (US treasury) sudah berbalik turun," ujarnya di Jakarta, Rabu (3/3/2021).
Namun, Rupiah dibayangi oleh tren kenaikan dolar AS. Penguatan dolar AS dipicu peningkatan aktivitas manufaktur tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) AS naik menjadi 60,8 di Februari, dari sebelumnya 58,7 di Januari.
Dia mengatakan indeks manufaktur AS pada Februari itu merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Hal itu menunjukkan pemulihan ekonomi AS berada di jalur yang tepat.
"Dengan, sentimen di atas rupiah diperkirakan berpotensi tertekan lebih dalam seiring optimisme pemulihan ekonomi AS dan program vaksinasi yang semakin cepat, sehingga membuat dolar AS perkasa dari beberapa mata uang lainnya," ujarnya.