Faktor itu, menjadi pertimbangan IWIP untuk menarik tenaga kerja asing ke Indonesia. Wahyu menjelaskan, TKA yang nantinya memimpin tim dari Indonesia dan tugaskan di sektor konstruksi pengembangan Smelter dan PLTU. Bahkan, manajemen meyakini tanpa TKA, maka proyek akan terhambat.
"Baik peralatan, tenaga kerja ahlinya untuk memasang dan melakukan operasi awal ini, ya diperlukan tenaga kerja seperti itu. Contohnya adalah, terutama tenaga-tenaga yang memimpin tim, artinya memberikan supervisi kepada tenaga kerja Indonesia yang membantu, kalau gak ada mereka juga progres kita akan terhambat," katanya.
IWIP memang butuh banyak tenaga kerja asing untuk penggarapan smelter. Kebutuhan itu didasari pada besaran nilai investasi, produk yang dihasilkan, serta lini produksi yang dibangun. Dalam catatan BKPM, nilai investasi smelter tahap pertama mencapai 5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp70,3 triliun (kurs 14.066 per dolar AS).
Untuk lini produksi, Wahyu memperkirakan akan ada 24 lini produksi yang dibangun pada tahap awal. Pihaknya juga akan menambah 24 lini produksi baru yang diperkirakan dibangun pada tahun-tahun berikut. Dengan begitu, secara general akan ada 44 lini yang dibangun IWIP.
"Setelah itu, pabrik jadi mereka akan jadi operatornya karena smelter inikan bekerja 24 jam, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan. Jadi gak bisa berhenti, kalau sudah panas harus jalan terus, oleh karena itu serapan tenaga kerjanya kan lumayan banyak,"tutur dia.
Perusahaan yang bergerak di industri terpadu pengolahan logam berat ini telah menyerap kurang lebih 2.000 TKA. Bahkan, saat ini manajemen sedang melakukan penyerapan TKA untuk mengejar pembangunan smelter. Wahyu mengakui, pihaknya terus melakukan pendataan dan rekrutmen secara perlahan.
Untuk tenaga kerja Indonesia, perusahaan sudah mempekerjakan kurang lebih 12.000-13.000 TKI. Jumlah ini tersebar di sejumlah proyek konstruksi yang digarap secara langsung oleh IWIP dan mitra atau tenant (penyewa) pemurnian bijih nikel.
Dari jumlah tenaga kerja yang sudah dipekerjakan saat ini, manajemen perusahaan optimis hingga Desember 2021, jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan akan terpenuhi.
"Sebenarnya kalau kita menghitung di sub kontraktor yang ada di tambang, sub kontraktor yang ada di perusahaan-perusahaan konstruksi, hari ini sudah 5.000 atau mungkin lebih dari 6.000 (TKI), mungkin. Karena kami, terus terang, tidak mendata dari sub kontraktor, tapi saya rasa yang ditambang aja ada 3.000 dan di konstruksi ada 5.000 atau 4.000, jadi jumlahnya sangat luar biasa besar,"