JAKARTA - Beberapa peretas, atau hacker, mendapat penghasilan sebesar USD40 juta (Rp576,6 miliar). Walaupun sering terdengar pekerjaannya dinilai kriminal, tapi mereka disebut hacker baik dengan mencari-cari kelemahan dalam perangkat lunak.
Mereka kemudian melaporkan galat atau bug itu melalui salah satu layanan pelaporan galat ternama HackerOne. Jasa pencarian galat dengan imbalan hadiah ini disebut bug bounty.
Baca juga: Ingin Mulai Bisnis Kecil-kecilan? Intip 3 Perencanaannya
Mengutip BBC Indonesia, Jakarta, Kamis (11/3/2021), HackerOne mengatakan sembilan hacker masing-masing mendapatkan lebih dari USD1 juta (Rp14,4 miliar) setelah melaporkan temuan mereka ke organisasi terdampak.
Seorang pria Romania, yang baru saja mulai berburu galat atau bug-hunting dua tahun lalu, menyaksikan pendapatan totalnya sejauh ini mencapai USD2 juta. Hacker berpenghasilan terbesar di Inggris mendapat USD370.000 (Rp5,3 miliar) tahun lalu.
Baca juga: Intip Kelebihan dan Kekurangan Bisnis Framing Gambar
Platform tersebut mengatakan pandemi memberi para relawan lebih banyak waktu untuk melakoni pekerjaan itu.
Survei yang diprakarsai HackerOne mengindikasikan bahwa 38% partisipan menghabiskan lebih banyak waktu untuk meretas sejak wabah Covid-19 dimulai.
'Gemetaran'
Banyak dari hacker yang terlibat bekerja paruh-waktu dan berbasis di puluhan negara berbeda, termasuk AS, Argentina, China, India, Nigeria, dan Mesir.
Besaran uang yang diberikan tergantung pada keparahan galat, mulai dari sekitar USD140 sampai jauh lebih besar.