Mantan Direktur Utama Adhi Karya ini menyebut persaingan yang ketat ini membuat BUMN Karya tidak bisa mendapaktan harga yang berkualitas. Karena secara garis besar, kualitas harga yang baik hanya sekiysr 90% dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
“Dampak persaingan ini adalah tidak bisa mendapatkan harga yang berkualitas baik. Secara garis besar kualitas harga yang baik hanya sekitar 90% dari HPS yang disusun oleh pemilik proyek. Namun demikian beberapa fakta dan data banyak angka-angka hasil tender di bawah 80% sehingga ini akan mengakibatkan risiko kerugian yang besar,” kata Budi.
Sebagai informasi sebelumnya, Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyoroti kinerja keuangan BUMN di sektor konstruksi (BUMN Karya) yang anjlok. Penurunan keuangan sejumlah BUMN Karya tersebut diduga disebabkan karena hal-hal berikut ini.
Dahlan Iskan mencatat, ada beberapa sebab meruginya BUMN. Salah satunya bunga bank yang tinggi. Menurut Dahlan, dalam pengerjaan proyek manajemen membutuhkan modal yang besar. Sumber pendanaan itu hanya bisa diperoleh melalui pihak ketiga, salah satunya melalui perbankan.
Dana bank menjadi nafas bisnis konstruksi. Namun, sekuat-kuatnya bank, dia tetap tunduk pada mekanisme perbankan. Artinya, ada batas dalam jumlah pemberian kredit pada satu group perusahaan.
(Feby Novalius)