JAKARTA - Effendi bertekad untuk terjun sebagai pengrajin tenun sejak tahun 1983. Saat itu dia baru saja menikah sehingga mau tidak mau harus menghidupi istrinya.
Sebagai seorang pengrajin tenun, ternyata dalam merintis usahanya jalannya tidak semulus yang dia bayangkan. Pasang-surut usahanya terus ia alami hingga tahun 1990-an . Dalam rentang waktu itu masih dirasa usahanya belum terlihat titik terangnya.
Di tempat usahanya di daerah Pemalang, Jawa Tengah, kerajinan tenun lokal dirasa kurang laku karena dihimpit oleh perkembangan ekonomi global. Karena biaya produksinya mahal, maka Effendi juga meninggikan harga kerajinan tenun lokalnya. Ternyata pasar kurang menerima, dan akhir tidak laku.
Baca Juga: Cara Menjadi Reseller Tanpa Modal
Untunglah ternyata ada seorang pengusaha dari daerah Tegal, mau menanamkan investasi kepada pengrajin tenun di wilayahnya.
Effendi pun akhirnya tertarik dan ikut bergabung dengan seorang pengusaha tadi menjadi pengrajin binaannya. Kebetulan sekali pengusaha tadi sering menjual kerajinan kain tenun ke luar negeri.
“Sistem kerjasamanya, pengusaha tadi yang menyediakan benang, saya yang mengerjakan tenunannya. Hasilnya harus disetorkan ke pengusaha tadi dengan hitungan ongkos mengerjakan tenunan,” papar Effendi di rumahnya di kota Pemalang, Jateng.
Baca Juga: Cara Menjadi Reseller Baju
Sistem kerja sama tadi berjalan sampai tahun 2000. Dari hasil kerja sama tadi Effendi lebih pandai dalam hal mengelola penghasilannya hingga mampu mengumpulkan modal sendiri.
Itulah langkah awal Effendi sebagai pengrajin tenun, yang akhirnya bisa menemukan jalan terang. Setelah mampu memproduksi tenun sendiri, akhirnya ada pengembang dari Tegal mendatangi usaha Effendi dengan mengajak kerjasama hingga tahun 2001.
Dengan dibantu oleh pengembang dengan memberikan bantuan dana tadi , usaha tenun Effendi mulai berkembang. Kini perkembangan pasar sarung tenun Effendi sudah sampai ke Jakarta. Bahkan setelah pengembangan pasar di Jakarta juga menemukan jalan.