Produk kerajinan ini sendiri dikatakan Endang dijual dengan harga bervariasi, mulai Rp20 ribu untuk produk decoupage yang sederhana dan mudah dikerjakan seperti mini pouch dan kipas. Sementara produk paling mahal dibanderol hingga harga Rp250 ribu, seperti clutch dan beberapa model lain. Namun untuk model yang paling diminati dan laris diburu saat ini adalah produk tas anyaman dari plastik.
"Kami menyediakan stok, tetapi kustomer juga bisa memesan secara kustom. Namun, prosesnya akan berbeda dan butuh waktu ekstra," ucapnya.
Karena keunikannya inilah menjadikan kerajinan tas decoupage ini diminati masyarakat, bahkan sampai diekspor ke beberapa negara. Beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Australia, hingga United Emirat Arab, turut memesan produk Fianoel.
Meski demikian, diakuinya adanya pandemi Covid-19 membuat pengiriman ke luar negeri sedikit berkurang. "Tidak hanya ke negara-negara itu saja, produk kami juga sudah pernah di kirim ke beberapa negara Eropa," ucapnya.
Saat ini, proses decoupage sendiri sudah lebih landai. Pasalnya pesanan yang masuk juga tidak terlalu banyak. Berbeda dengan beberapa waktu lalu sebelum lebaran.
Endang mengakui saat itu dirinya dan karyawan lain sampai kewalahan melayani pesanan. Dalam satu hari, transaksi paling banyak bisa mencapai 25 kali untuk penjualan online. Sementara untuk penjualan offline bisa hampir sama.
"Dibanding tahun lalu peningkatannya lebih dari 100%. Tahun lalu itu dapat satu orderan saja sulit, malah banyak liburnya. Tahun ini, kami baru bisa sedikit istirahat setelah lebaran," tukasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)