JAKARTA - Lockdown atau karantina wilayah dinilai sebagai langkah tepat untuk menangani tingginya kasus Covid-19 saat ini. Hal ini pun berdampak bagus pada perekonomian Indonesia.
Hanya saja jika menerapkan lockdown, Indonesia membutuhkan anggaran yang sangat besar. Namun kembali lagi, penyebaran Covid bisa terkendali.
Okezone merangkum fakta-fakta menarik terkait penerapan lockdown dan anggaran yang dibutuhkan, Sabtu (26/6/2021):
1. Perkiraan Dana Jika Lock Down
Lockdown atau karantina wilayah menjadi salah pilihan untuk menekan laju penyebaran Covid yang saat ini sedang melonjak di Indonesia. Akan tetapi, kebijakan ini membutuhkan biaya yang sangat besar.
Baca Juga: Di Depan Jokowi, BPK Bongkar Anggaran Covid-19
Menurut Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, skenario dan prakiraan dana yang dibutuhkan pemerintah jika keputusan lockdown diambil.
"Dengan asumsi lockdown Jakarta, per hari Rp550 miliar kebutuhan dananya, maka lockdown selama 2 minggu butuh biaya Rp7,7 triliun," ujar Bhima.
2. Biaya Lockdown Lebih Murah Dibanding Kerugian Ekonomi
Bhima Yudhistira mengatakan, akarta asumsinya memiliki kontribusi 70% terhadap perputaran uang nasional. Pihaknya mengkalkulasi lockdown nasional sekurangnya membutuhkan biaya Rp11-25 triliun selama 14 hari.
Baca Juga: Pembelian Kambing dan Sapi Kurban Bisa Menggerakan Ekonomi di Tengah Pandemi
"Biaya nya lebih murah dibanding kerugian ekonomi daripada tidak lakukan lockdown. Skenario lockdown 2 minggu pada Juni-Juli 2021, dengan eskalasi pertumbuhan ekonomi satu tahun penuh 2021 di kisaran 3% hingga 4,5%," tambah Bhima.
3. Ekonomi Lebih Solid dengan Lockdown
Jika kebijakan lockdown yang dipilih maka ekonomi akan mengalami kontraksi pada kuartal ke III 2021. Sektor-sektor yang terpukul seperti konsumsi rumah tangga, penjualan ritel, transportasi dan sektor pariwisata.
"Namun itu hanya terjadi sementara. Selanjutanya pertumbuhan akan kembali lebih solid," ujarnya.
Bhima juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2021 berada dikisaran 3% hingga 4.5% dengan skenario lockdown 2 minggu pada Juni hingga Juli tahun ini.
4. Belajar dari Wuhan
Bhima Yudhistira menyarankan pemerintah agar dapat memberlakukan lockdown di tanah air. Alasannya, supaya dapat menghentikan penyebaran Covid-19 yang semakin hari mengalami peningkatan.
Menurutnya, Indonesia semestinya bisa melakukan lockdown sementara dengan membuka sektor esensial. Dengan begitu situasi bisa terkendali dan penyebaran Covid-19 bisa ditekan.
“Jika lockdown dilakukan maka hanya sektor esensial yang bisa dibuka seperti fasilitas kesehatan, dan para pekerja toko sembako. Indonesia harus berkaca dari Wuhan yang melakukan lockdown dengan hanya membuka sektor esensial, terbukti efektif,” terangnya.
5. Skenario APBN Tanpa Lockdown
Risiko kehilangan PDB dengan asumsi target pertumbuhan 2021 sesuai APBN sebesar 5% atau PDB menjadi Rp16.205 triliun adalah sekitar Rp77 triliun hingga Rp308 triliun.
"Sementara itu, skenario tanpa lockdown pertumbuhan ekonomi 2021 justru akan minus di angka -0,5% hingga 2%, dengan risiko kehilangan PDB sebesar Rp463 triliun hingga Rp848 triliun," ujar Bhima.
(Feby Novalius)