JAKARTA - PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) masih membukukan kinerja keuangan yang negatif pada kuartal I-2021. Emiten properti ini mencatat pendapatan Rp485,44 miliar atau turun 63,26% dibandingkan priode yang sama tahun lalu Rp1,32 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan dipublikasi di Jakarta, kemarin.
Sementara rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami penyusutan menjadi Rp289,79 miliar dari sebelumnya rugi Rp448,56 miliar. Dilihat dari kontribusi pendapatan, segmen penjualan rumah tinggal terpantau naik paling tinggi hinga ratusan persen.
Baca Juga: Jual Mal Central Park, Begini Penjelasan Agung Podomoro
Penjualan rumah tinggal tercatat senilai Rp71,43 miliar atau melesat 322,66% dibandingkan kuartal I/2020 senilai Rp16,90 miliar. Demikian dikutip dari Harian Neraca, Kamis (1/7/2021).
Kemudian penjualan apartemen masih turun 86,85% secara tahunan menjadi Rp118,55 miliar dari sebelumnya Rp902,18 miliar. Secara total, segmen penjualan APLN turun 75,73% secara tahunan menjadi Rp242,03 miliar. Selanjutnya pendapatan yang terdiri dari sewa, hotel dan lain-lain turun 24,91% secara tahunan menjadi Rp243,40 miliar dari sebelumnya Rp324,17 miliar.
Baca Juga: Pengumuman! Agung Podomoro Jual Mal Central Park
Asal tahu saja, APLN memiliki 40 anak usaha, 13 entitas dengan kepemilikan tidak langsung melalui anak usaha, serta 2 entitas asosiasi di bidang properti di Jakarta, Bogor, Karawang, Bandung, Bali, Balikpapan, Batam, Makassar dan Medan. Berbekal lebih dari 40 tahun pengalaman sebagai bagian dari Agung Podomoro Grup, Agung Podomoro Land mempunyai landasan yang kuat untuk menjadi pengembang terdepan dalam menggarap pasar properti di Indonesia.
Tahun ini, APLN optimis kinerja pra penjualan atawa marketing sales bakal tumbuh lebih tinggi dibandingkan realisasi marketing sales di 2020 yang sudah tembus target. Insentif pajak dari pemerintah untuk sektor properti jadi kunci pendorong kinerja. Menurut M. Nafan Aji Gusta Utama, analis Binaartha Sekuritas, kinerja marketing sales APLN tetap tumbuh di tengah pandemi, karena tersokong tren suku bunga rendah.
Sektor porperti sangat didukung oleh tren suku bunga rendah. Hingga saat ini suku bunga juga masih rendah, alhasil, Nafan memproyeksikan kinerja APLN akan potensial tumbuh lebih baik lagi di tahun ini. Kinerja APLN juga turut tersokong insentif pajak di sektor properti. Pemerintah membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau PPN ditanggung pemerintah (DTP) untuk rumah tapak dan unit hunian rumah susun.
Dengan syarat, harga jualnya maksimal Rp 2 miliar. Selain itu, pemerintah juga memberi diskon PPN sebesar 50% atau 50% PPN DTP untuk kategori rumah tapak dan rumah susun, dengan harga jual lebih dari Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar.
Menurut Nafan, investor bisa memanfaatkan kebijakan tersebut untuk segera berinvestasi di sektor properti. Nafan menilai tingkat okupansi mal cenderung akan meningkat ke depan. Pemulihan ekonomi domestik serta distribusi vaksin yang optimal bisa kembali menggairahkan sentra ekonomi domestik. Alhasil, dirinya memproyeksikan perolehan recurring income APLN juga berpotensi meningkat.
(Feby Novalius)