Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Pendiri Didi, Bangun Perusahaan Bermodal Rp220 Juta Mampu Usir Uber dari China

Sevilla Nouval Evanda , Jurnalis-Rabu, 22 September 2021 |11:01 WIB
Kisah Pendiri Didi, Bangun Perusahaan Bermodal Rp220 Juta Mampu Usir Uber dari China
Cheng Wei Berhasil Kembangkan Taksi Online, DiDi. (Foto: Okezone.com/CNN)
A
A
A

HONG KONG - Cheng Wei berhasil membangun aplikasi transportasi online kelas dunia, bahkan sudah melewati capaian Uber di China. Hanya saja usai Didi melakukan IPO di Amerika, terjadi polemik antara aplikasi yang dikembangkan Cheng Wei dengan Pemerintah China.

Keputusan IPO Didi bertabrakan dengan kebijakan Pemerintah China. Raksasa transportasi online ini pun berada pada posisi yang genting saat ini.

Regulator China melarang peredaran aplikasi Didi di toko aplikasi. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari penyelidikan terhadap tuduhan privasi data dan praktik pengumpulannya.

Baca Juga: Perusahaan Taksi Online China IPO, Pemiliknya Kini Jadi Miliarder Dunia

Saham Didi pun anjlok hingga 40% sejak Pemerintah China mulai menyelidiki perusahaan. Turunnya saham Didi mempengaruhi nilai pasar hingga USD34 miliar. CNN menyebut tekanan itu bisa membongkar kekuasaan Didi di pasar China, kecuali perusahaan dapat menenangkan Partai Komunis Cina yang berkuasa.

Okezone merangkum fakta kronologis kontroversi Didi dan pemerintah China, dilansir dari CNN, Rabu (22/9/2021).

1. Pertumbuhan Didi Cepat 

Cheng mendirikan Didi hanya dengan CNY100 ribu (Rp220 juta) dari uangnya sendiri, dan CNY700 ribu dari Wang Gang, seorang investor yang mengawasi Cheng selama masa jabatannya di Alibaba. Investasi awal Wang bernilai USD1 miliar ketika Didi go public.

Ketika Cheng mendirikan Didi, transportasi mobile masih menjadi area abu-abu peraturan di China (tak disahkan maupun dilarang) dan taksi menguasai pasar.

Pada 2016, transportasi mobile akhirnya disahkan di China. Beberapa hari kemudian, Didi mengakuisisi Uber China. Cheng pun menilai pengalaman ini sebagai reformasi dan inovasi yang datang dengan biaya.

Baca Juga: Incar Rp7,2 Triliun, Harga IPO Donat Krispy Kreme Turun Jadi Segini

Sejak itu, Didi terus berkembang pesat. Namun, pada 2018, dua penumpang wanita terbunuh oleh pengemudi platform Hitch. Pembunuhan tersebut menyebabkan tekanan pemerintah pada Didi untuk berbagi data real-time dengan pihak berwenang tentang kendaraan dan pengemudinya. Pada akhir 2018, Didi akhirnya membuat konsesi.

2. Masalah dengan Regulator China

Di bawah Presiden Xi Jinping, Partai Komunis bergerak agresif untuk mengendalikan perusahaan swasta yang tidak terkekang pemerintah. Perusahaan yang tumbuh terlalu besar dan cepat akan diawasi untuk memastikan mereka selaras dengan prioritas pemerintah.

Didi mengalami masalah saat membuka IPO senilai USD4,4 miliar (setara Rp626,8 triliun) di New York. Tampaknya, Beijing tidak senang akan hal ini. Menurut Bloomberg, regulator China lalu menyatakan keprihatinan tentang keamanan data dan menyarankan Didi menunda pencatatan IPO-nya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement