Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Nasabah Pinjol Ilegal, Dibikin Malu Sampai Ingin Bunuh Diri

Solopos.com , Jurnalis-Senin, 04 Oktober 2021 |21:29 WIB
Kisah Nasabah Pinjol Ilegal, Dibikin Malu Sampai Ingin Bunuh Diri
Korban Pinjol Ilegal (Foto: Okezone/Shutterstock)
A
A
A

Dia mengaku sudah melunasi mayoritas utangnya. Dia akhirnya memberanikan diri meminjam uang puluhan juta rupiah kepada saudara dan orang tuanya. Uang itu digunakannya untuk membayar utang.

Depresi

Setelah itu dia meminjam uang di bank senilai Rp50 juta dengan menjaminkan sertifikat rumahnya. Uang itu digunakannya untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya dari saudara dan keluarga.

Sebagian utangnya belum lunas dan masih terus ditagih. Tagihan-tagihan yang datang tidak digubrisnya. Jika sudah memiliki dana dia akan melunasinya secara perlahan.

“Beban paling besar yang harus ditanggung adalah rasa malu dan enggak bisa melunasi karena tak punya dana. Kalau berlarut-larut bisa putus asa. Saya sempat kepikiran bunuh diri karena faktor itu. Untungnya saya ingat anak dan istri. Kalau saya tidak ada siapa yang menghidupi mereka, justru menambah beban keluarga. Keluarga juga menguatkan saya. Alhamdulillah bisa kuat menahan beban ini,” ujar Kio.

warga lainnya, Dani, mengatakan istrinya ditagih operator pinjol dengan cara kasar melalui WA. Padahal istrinya tak utang online. Utang itu atas nama tetangganya. Kemungkinan besar nomor telepon istrinya berada di kontak ponsel tetangganya itu.

Penagih mengatakan istrinya menjadi penjamin utang dan diminta menagihkan kepada orang yang utang. Penagih mengancam akan menelanjangi foto istri Dani lalu menyebarkannya dan menyantet anaknya jika tak ikut menagihkan atau membayarkan utang.

“Kemungkinan foto istri dan anak saya diambil dari foto profil WA istri saya. Cara penagihannya tak beradab. Orang yang tak tahu apa-apa saja terkena imbas. Tak bisa dibayangkan bagaimana kasarnya penagihan kepada orang yang utang. Orang yang utang bisa stres, depresi. Kalau ada yang sampai bunuh diri itu mungkin karena sudah putus asa,” kata dia.

Dia melanjutkan, orang yang menanggung malu tidak hanya debitur, tetapi juga keluarganya, seperti orang tua. Itu karena informasi adanya tunggakan utang debitur sudah tersebar ke mana-mana. Tak heran jika ada orang tua yang depresi karena memikirkan utang anak dan menanggung rasa malu.

“Kalau mentalnya enggak kuat psikologinya bisa down [jatuh] beneran. Kalau bisa enggak usah utang online saja lah,” ucap Dani.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement