JAKARTA – Harga minyak memangkas kenaikannya tetapi mengakhiri sesi lebih tinggi pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor memandang kemerosotan pasar minyak dan keuangan pada Jumat (26/11/2021) akibat tidak adanya lebih banyak data tentang varian baru virus corona Omicron.
Minyak mentah berjangka Brent menetap di 73,44 dolar AS per barel, naik 72 sen atau 1,0%, setelah anjlok 9,50 dolar AS pada akhir pekan lalu. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 1,80 dolar AS atau 2,6% menjadi ditutup di 69,95 dolar AS per barel. WTI terpuruk 10,24 dolar AS di sesi sebelumnya.
Brent sempat melonjak di atas 77 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS menyentuh tertinggi di atas 72 dolar AS per barel. Namun, kedua kontrak menyerahkan sebagian keuntungan mereka di akhir sesi.
Dalam perdagangan pasca-penyelesaian, Brent sempat sebentar berubah menjadi berada wilayah negatif dengan volume tipis.
Baca Juga:Â Harga Minyak Goreng Curah Naik, Pedagang Stop Penjualan
Penurunan pada Jumat (26/11/2021) adalah penurunan satu hari terbesar sejak April 2020, mencerminkan kekhawatiran bahwa larangan perjalanan terkait virus corona akan menekan permintaan. Penurunan itu diperburuk oleh likuiditas yang lebih rendah karena libur AS.
"Kami percaya bahwa penurunan harga minyak telah berlebihan," kata Michael Tran, seorang analis di RBC Capital Markets, mencatat bahwa penurunan tajam harga menunjukkan tingkat permintaan yang jauh lebih lemah daripada yang terlihat saat ini.
Jika varian baru dari virus tersebut terbukti resisten terhadap vaksin atau lebih menular daripada varian lain, itu dapat berdampak pada perjalanan, perdagangan, dan permintaan minyak.
Baca Juga:Â Harga Minyak Dunia Turun Menanti Respons OPEC
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan perlu waktu berminggu-minggu untuk memahami tingkat keparahan varian baru tersebut, meskipun seorang dokter Afrika Selatan yang telah merawat kasus mengatakan gejalanya sejauh ini tampak ringan.