“Pembatasan kegiatan selama pandemi berpengaruh terhadap lalu lintas barang dan komoditas antar negara yang berdampak pada persediaan pangan, terutama komoditas yang masih banyak impor, sebagaimana disebutkan dalam laporan Food and Agriculture Organization (FAO),” paparnya.
Oleh karena itu, strategi untuk mengatasi tantangan tersebut, diantaranya melalui pembangunan food estate, penyiapan cold storage, dan rantai dingin.
“Pelajaran dari krisis energi yang terjadi di dunia saat ini adalah ketidaksiapan sejumlah negara dalam melakukan transisi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan. Kita perlu mengantisipasi agar hal ini tidak terjadi di Indonesia,” imbuhnya.
Sementara itu, menurut hasil survei, optimasi omnichannel menjadi sangat penting bagi pelaku industri makanan dan minuman. Pelaku bisnis makanan dan minuman perlu memiliki saluran penjualan yang terintegrasi untuk memenuhi keperluan masyarakat pada masa mendatang. Selain itu, kualitas dari saluran terintegrasi tersebut perlu terjaga agar pengalaman yang dirasakan konsumen melalui omnichannel tersebut dapat terkelola dengan baik.
“Dalam masa yang penuh dengan ketidakpastian, industri makanan dan minuman perlu melakukan kolaborasi dengan sesama pebisnis makanan dan minuman untuk menarik target pasar yang lebih besar lagi dan sebagai pebisnis diharapkan dapat berinovasi baik dari segi pengembangan produk, marketing channel ataupun branding sehingga menjadikan bisnis makanan dan minuman kita lebih sustainable dalam masa mendatang," kata Ketua APJI DKI Jakarta Tahsya Megananda Yukki.
(Dani Jumadil Akhir)