CHICAGO - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data inflasi AS meningkat. Tingginya inflasi melemahkan dolar dan memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange naik USD8,8 atau 0,48% menjadi USD1.827,30 per ounce atau memperpanjang kenaikan dalam tiga hari berturut-turut.
Baca Juga:Â Harga Emas Antam Naik Lagi Bunda, Segram Dijual Rp940.000
Dolar jatuh ke level terendah dalam dua bulan setelah data inflasi AS mencatat kenaikan tahunan terbesar dalam hampir empat dekade. Hal ini membuat emas lebih menarik bagi investor luar negeri.
Selain itu, kenaikan harga emas didorong imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun AS juga tergelincir.
Sebagai informasi, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) AS pada Desember naik 0,5% bulan ke bulan dan naik 7,0% tahun ke tahun. Pertumbuhan 7,0% mewakili level tertinggi dalam hampir 40 tahun.
Baca Juga:Â Harga Emas Bersinar dengan Kenaikan 1,1% Jadi USD1.818/Ounce
Data menunjukkan bahwa inflasi AS yang tinggi kemungkinan akan bertahan hingga 2022, dan tinggi di atas target tahunan Federal Reserve sebesar 2,0%.
"Secara historis, emas cenderung memperkirakan kenaikan suku bunga lebih awal. Aksi harga menunjukkan bahwa pasar telah memperhitungkan hambatan kenaikan suku bunga dan ruang lingkup untuk penguatan dolar jangka pendek," ujar Analis Standard Chartered, Suki Cooper, dikutip dari Antara, Kamis (13/1/2022).