JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah sore ini ditutup menguat 7 poin ke Rp14.386 setelah sebelumnya sempat menguat 15 poin di level Rp14.394 dalam perdagangan sore ini, Jumat (4/3/2022).
Sedangkan untuk perdagangan Senin (7/3/20220 pekan depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat direntang Rp14.360 - Rp14.410.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, selera risiko investor turun setelah Rusia menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina, yang terbesar dari jenisnya di Eropa dan perkembangan terbaru dalam invasi Rusia dari Ukraina.
"Mengakibatkan harga komoditas yang lebih tinggi yang dihasilkan terus menyeret ekspektasi pertumbuhan ekonomi Eropa mengakibatkan dollar terus menguat terhadap mata uang lainnya dalam perdagangan hari ini," kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (4/3/2022).
BACA JUGA:Rupiah Bisa Melemah ke Rp15.000/USD, RI Perlu Tengahi Konflik Rusia-Ukraina
Dalam perkembangan terakhir dalam invasi Rusia ke Ukraina, pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina dilaporkan terbakar pada Jumat pagi setelah serangan Rusia, menurut sebuah posting oleh Dmytro Orlov, walikota kota Enerhodar di mana pembangkit itu berada, di saluran Telegramnya.
Rusia telah merebut pembangkit nuklir lainnya, Chernobyl, yang berjarak 100 km (sekitar 62 mil) utara ibukota Ukraina, Kyiv.
Pada hari sebelumnya. Rusia juga terus mengepung dan menyerang kota-kota Ukraina pada hari kedelapan invasinya, yang dimulai pada 24 Februari, termasuk kota pelabuhan timur Mariupol, yang telah dibombardir.
BACA JUGA:Keren! Rupiah Rp75.000 Masuk Daftar Uang Terbaik di Dunia
Efek dari lonjakan harga energi dan gas dapat merusak rebound konsumsi industri dan swasta yang telah diperkirakan setelah pelonggaran pembatasan COVID-19 dan juga kemungkinan akan memperlambat normalisasi kebijakan Bank Sentral Eropa.
Pada pertemuan ECB minggu depan, petunjuk kenaikan suku bunga tidak diragukan lagi.
Di seberang Atlantik, Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak COVID-19 dimulai ketika menjatuhkan putusan kebijakannya pada 15 Maret.
Ketua Fed Jerome Powell menegaskan kembali di hari kedua kesaksiannya di hadapan Kongres bahwa ia akan mendukung kenaikan suku bunga seperempat poin persentase awal.
Dari sentimen domestik, pasca invasi Rusia ke kota-kota besar di Ukraina mengakibatkan aliran modal (cash flow) asing yang masuk ke pasar modal terus mengalami peningkatan akibat kepanikan pasar akibat keberlanjutan konflik di Ukraina serta sanksi-sanksi ekonomi yang diterapkan oleh AS, Uni Eropa dan Inggris terhadap Rusia dan Belarusia.
Dalam beberapa pekan terakhir investor asing tak henti-hentinya melakukan aksi beli bersih, padahal sentimen secara global sedang memburuk akibat perang Rusia - Ukraina. Aliran modal tersebut membuat rupiah mampu bertahan dari tekanan, bahkan tren penguatan bertahan dalam minggu ini.
Selain aliran modal asing, data dari dalam negeri juga cukup bagus.
Badan Pusat Statistik (BPS) Selasa lalu mengumumkan di bulan Februari justru terjadi deflasi secara bulanan.
BACA JUGA:Rupiah Bisa Melemah ke Rp15.000/USD, RI Perlu Tengahi Konflik Rusia-Ukraina
Kemudian harga komoditas yang meroket juga mendukung penguatan rupiah. Harga batu bara kemarin ambrol nyaris 20% ke USD358,45 per ton, tetapi sehari sebelumnya meroket lebih dari 46% ke USD446 per ton yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.
Selain itu ada juga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang bisa menjadi substitusi minyak mentah dalam bentuk biodiesel, yang menembus RM 8.000/ton pada Rabu lalu.
Kenaikan komoditas ekspor andalan tersebut bisa membuat neraca perdagangan Indonesia terus mencetak surplus.
Jika demikian, transaksi berjalan juga bisa mempertahankan surplusnya, hal ini menjadi sentimen positif bagi rupiah.
(Zuhirna Wulan Dilla)