JAKARTA - Menghitung harga keekonomian BBM jenis Pertalite dan Pertamax. Hingga saat ini, kedua harga BBM tersebut tidak naik meski terjadi lonjakan minyak dunia.
Tercatat, harga Pertalite masih dijual Rp7.600 per liter, sementara Pertamax Rp9.000 per liter.
Padahal, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Mei naik 2,84% menjadi USD131,61 per barel. Sementara, untuk harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS kontrak April naik 2,3% menjadi USD126,55 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Tembus USD131/Barel, BBM Naik Lagi Nih?
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan membeberkan harga keekonomian BBM jenis Pertalite dan Pertamax jika mengacu kepada KepMen ESDM Nomor 62 tahun 2020,
Mamit menjelaskan, untuk jenis BBM di bawah RON 95 dan Minyak Solar CN 48 maka rumusnya adalah Mean of Plats Singapore (MOPS) atau Argus+Rp 1.800 perliter+margin (10%) dari harga dasar.
Sementara, untuk jenis RON 90 didasarkan pada harga publikasi MOPS/Argus jenis Mogas 92 dengan formula 99,21% kali MOPS atau Argus.
Di dalam Kepmen tersebut juga ditentukan waktu evaluasinya adalah rata-rata publikasi MOPS/Argus periode tanggal 25 pada 2 bulan sebelumnya, sampai tanggal 24 bulan sebelumnya untuk penetapan harga.
"Taruhlah kita hitung rata-rata MOPS Mogas 92 selama 3 bulan terakhir USD80 per barel dan kurs Rp14.500 maka untuk harga dasar saja (Pertalite) sudah di level Rp9.926 per liter ditambah PPN 10% dan PBBKB 5% maka itu saja sudah di Rp11.415 belum ditambah margin misalnya 5% saja maka sudah di Rp11.986 per liternya. Itu hitungan-hitungan versi saya sesuai dengan KepMen ESDM 62/2020," kata Mamit kepada Okezone, Jakarta, Rabu (9/3/2022).
Sementara, hitungan-hitungan harga keekonomian Pertamax mencapai Rp12.400 per liter.
"Untuk Pertamax dengan MOPS rata-rata 3 bulan USD80 dan kurs Rp14.500 harga dasarnya saja sudah Rp10.005 per liter. Ditambah PPN 10% dan PBBKB 5% jadi Rp11.806 ditambah margin 5% saja seharusnya sudah Rp12.400 per liter," katanya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) masih mengkaji penyesuaian harga BBM di tengah melonjaknya harga minyak dunia imbas perang Rusia-Ukraina.
"Kami masih memonitor perkembangan harga minyak dunia, terkait harga masih kami review," ujar Corporate Secretary Subholding Commercial And Trading Pertamina Irto Ginting kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (9/3/2022).
Pihaknya masih akan melakukan pengkajian harga BBM non subsidi secara berkala tiap 2 minggu sekali. Sementara untuk BBM bersubsidi harganya ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagai informasi, subsidi BBM dan LPG tahun ini dialokasikan sebesar Rp77,55 triliun. Asumsi alokasi ini ditetapkan melalui perhitungan harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar USD 63 per barel dan nilai tukar rupiah Rp 14.350 per USD.
Berdasarkan perhitungan pemerintah, kenaikan harga minyak USD 1 per barel akan berdampak pada kenaikan subsidi BBM Rp 2,65 triliun, subsidi LPG Rp 1,47 triliun dan subsidi minyak tanah Rp 49 miliar. Artinya, jika harga minyak naik USD 1 per barel, beban keuangan negara bertambah Rp 4,17 triliun.
Sementara, Kementerian ESDM telah mematok ICP bulan Februari sebesar USD 95,72 per barel, naik dibanding bulan Januari yang sebesar USD 85,89 per barel. Oleh karenanya jika harga minyak dunia terus melesat, beban APBN akan semakin berat.
(Dani Jumadil Akhir)