JAKARTA - Ada sejumlah produsen minyak goreng terbesar dengan jumlah pabrik dan jaringan hingga ke luar negeri yang namanya sudah tidak asing lagi. Kelangkaan minyak goreng tersebut membuat masyarakat kebingungan, lantas apa peran para produsen ini?
Harga minyak goreng melonjak dalam beberapa waktu terakhir dikeluhkan masyarakat karena perannya sebagai kebutuhan pokok. Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sebenarnya sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp11.000 liter.
Namun fakta di lapangan, harga minyak goreng sudah jauh melebihi HET, bahkan beberapa pasar, harga minyak goreng sudah berada di atas Rp18.000 per liter. Dalih kenaikan harga minyak goreng dari produsen yakni karena adanya kenaikan harga CPO di pasar global.
Baca Juga: Soroti Mafia Minyak Goreng, Buruh: Kenapa Menteri Takut?
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia sejauh ini terkonsentrasi di Kalimantan dan Sumatera, bahkan sebagian perkebunan kelapa sawit besar lainnya berada di Sulawesi dan kini juga perlahan mulai banyak merambah Papua. Setelah menyalip posisi Malaysia beberapa tahun lalu, Indonesia sendiri kini tercatat menjadi produsen minyak sawit atau CPO terbesar di dunia.
Berikut deretan produsen minyak goreng terbesar di Indonesia dengan cuan yang tak main-main.
1. Wilmar Group
Wilmar International Ltd (Wilmar Group) adalah produsen minyak goreng terbesar di Indonesia dengan merek Sania, Fortune, Siip, Sovia, Mahkota, Ol'eis, Bukit Zaitun, Goldie, dan Camilla. Adapun Martua Sitorus adalah salah satu tokoh kunci perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura itu.
Tidak hanya di Indonesia, Wilmar juga memiliki lebih dari 450 pabrik dan jaringan distribusi di China, India, dan 50 negara lainnya. Produsen ini memiliki perkebunan kelapa sawit besar di tanah air dan menjadi salah satu perusahaan yang memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia yang mencapai 232.053 hektar.
Baca Juga: 4 Perusahaan Besar yang Menguasai Pasar Minyak Goreng di RI
Wilmar Group membawahi PT Wilmar Nabati Indonesia Tbk (CEKA). Melansir laporan keuangan perusahaan hingga kuartal III-2021, penjualan neto CEKA tercatat mengalami peningkatan sebesar 46,92%, dari Rp 2,51 triliun pada akhir September 2020 menjadi Rp 3,68 triliun di sembilan bulan pertama 2021.
Penjualan bersih CEKA hingga kuartal ketiga ini masih ditopang oleh penjualan domestik senilai Rp 3,51 triliun. Jumlah itu terkerek 47,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,38 triliun.
Kemudian, ada pula penjualan ekspor yang melonjak sebesar 35,01%, dari sebelumnya Rp 125,80 miliar menjadi Rp 169,85 miliar di periode Januari-September 2021.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, Wilmar Group menempati posisi pertama dengan distribusi minyak goreng ke domestik sebesar 99,26 juta liter.