JAKARTA - Perekonomian Indonesia dinilai mampu menunjukkan tren positif di tengah ketidakpastian global. Hal ini bisa dilihat dari data realisasi APBN 2022 selama periode Januari-Februari.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Keuangan, selama 2 bulan pertama 2022 ini, penerimaan negara mencapai Rp302,4 triliun atau tumbuh sebesar 37,7% (YoY). Penerimaan negara ini berarti 17% dari target penerimaan tahunan yang sebesar Rp1.743 triliun.
"Tentu saja ini sebuah prestasi besar di tengah kondisi ekonomi dunia yang dinamis ini dan patut diapresiasi. Secara porsi, salah satu kontributor terbesar dalam penerimaan negara adalah pajak dengan nilai mencapai Rp119,4 triliun” kata Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat dalam laporannya, Jakarta, Selasa (5/4/2022).
Di sisi pengeluaran, kenaikan komoditas, terutama energi, dikhawatirkan akan membebani keuangan negara, khususnya dalam hal peningkatan kenaikan subsidi. Kenaikan harga komoditas ternyata tidak serta merta menjadi risiko untuk postur fiskal Pemerintah jika disertai oleh kenaikan pendapatan negara.
Namun kata Budi, kenaikan harga komoditas tidak selalu membawa dampak buruk bagi keuangan negara. Sebagai contoh, pada tahun 2021, minyak sawit, batu bara, dan logam dasar menyumbang 38% dari ekspor Indonesia dan menyumbang surplus perdagangan yang lebih besar 4 kali lipat dari defisit perdagangan minyak.
Hal ini turut menyumbang pendapatan negara khususnya pada komponen Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berpotensi mengalami pertambahan sebesar Rp8,5 triliun per bulannya akibat kenaikan harga komoditas.
"Pada 2 bulan pertama 2022 ini saja, perolehan PPh Migas telah mencapai 28,6% dari target tahunan. PPh Migas ini dikutip dari arus keluar masuk migas,” terang Budi.
Kenaikan harga komoditas yang masih berlanjut diperkirakan dapat memperbaiki postur fiskal Indonesia. Hal ini akan berdampak baik pada proyeksi defisit APBN yang berpotensi menipis.
Sejak APBN 2022 disahkan pada tahun lalu, komponen belanja pemerintah tercatat hampir tidak tumbuh di tahun ini. Dengan kata lain, mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 adalah sektor swasta, bukan lagi belanja pemerintah.