Dari jumlah tersebut, KPR Subsidi pada kuartal I 2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp134,04 triliun tumbuh 9,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp122,96 triliun.
Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 5,16% menjadi Rp84,28 triliun pada kuartal I 2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp80,14 triliun.
"Kami memacu kredit dengan sangat memperhatikan prinsip kehati-hatian. Maka itu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kami terus membaik. NPL gross di level 3,6%, lebih rendah dari sebelumnya di level 4,25%, Sedangkan NPL nett sebesar 1,28%, turun dari posisi 1,94%," kata Haru.
Kenaikan kredit berdampak pada pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang tumbuh 28,81% pada kuartal I 2022 menjadi Rp3,57 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,77 triliun.
Lonjakan NII tersebut membuat rasio net interest margin (NIM) Bank BTN juga mengalami kenaikan dari 3,31% pada akhir Maret 2021 menjadi 4,29% pada kuartal I 2022.
Haru mengatakan, meski rasio NPL mengalami perbaikan, emiten berkode saham BBTN itu pada kuartal I 2022 tetap menaikkan rasio cadangan atau coverage ratio menjadi 146,73% dari 115,93% pada kuartal I 2021.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)